Tari Gantar, Semangat Menjaga Warisan Leluhur dari Hutan Kalimantan Timur

Tari Gantar, Semangat Menjaga Warisan Leluhur dari Hutan Kalimantan Timur

Gerakan mereka tampak sederhana namun sarat makna, ayunan tangan yang teratur, langkah kaki yang mantap, dan gerakan tubuh yang menyatu dengan suara bambu, semuanya membentuk koreografi kehidupan yang penuh keharmonisan antara manusia, alam, dan roh leluhur yang diyakini senantiasa mengawasi mereka dari alam tak kasatmata.

Yang membuat Tari Gantar semakin menarik adalah perpaduan antara elemen kesenian dan spiritualitas. Tidak seperti banyak tarian modern yang hanya mengejar estetika, Tari Gantar mengedepankan kedalaman pesan dan makna yang tersirat dalam setiap geraknya.

Tari ini diyakini bukan hanya sebagai hiburan, melainkan juga sebagai ritual pemanggilan keberkahan dan ungkapan syukur kepada dewa-dewa dan roh leluhur atas hasil panen yang melimpah. Bahkan dalam beberapa konteks, Tari Gantar menjadi bagian dari upacara adat penting seperti pesta panen (Naik Dango), penyambutan tamu kehormatan, atau pelantikan kepala adat.

Dalam setiap pelaksanaannya, penari harus benar-benar memahami nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam tarian ini, karena Tari Gantar bukan sekadar tentang menari, tetapi tentang bagaimana menghayati hidup yang selaras dengan alam, menghormati leluhur, dan menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.

Oleh sebab itu, setiap gerakan dalam Tari Gantar dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kesungguhan, mencerminkan kesadaran mendalam terhadap nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

Dalam dunia modern yang penuh percepatan dan kemudahan, Tari Gantar tetap berdiri sebagai simbol perlawanan terhadap pelupaan budaya. Pemerintah daerah Kalimantan Timur, bersama para tokoh adat dan budayawan, terus berupaya melestarikan tari ini melalui berbagai ajang seperti festival budaya, pelatihan seni di sekolah, hingga pertunjukan di tingkat nasional dan internasional.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Tari Gantar mulai dipelajari oleh komunitas seni dari luar Kalimantan sebagai bentuk penghormatan terhadap kekayaan budaya Dayak. Namun, upaya pelestarian ini tidak selalu mudah. Ancaman modernisasi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup membuat generasi muda cenderung menjauh dari akar budayanya.

Oleh karena itu, pelestarian Tari Gantar memerlukan pendekatan yang lebih kreatif dan partisipatif, salah satunya dengan memasukkan narasi tari ke dalam karya-karya visual, film dokumenter, hingga koreografi kontemporer yang bisa menjangkau audiens yang lebih luas.

Selain itu, perlu juga diadakan dialog antarbudaya yang mempertemukan masyarakat Dayak dengan komunitas seni dari berbagai daerah, agar Tari Gantar tidak hanya dipandang sebagai warisan lokal, tetapi juga sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia yang majemuk.

Tari Gantar adalah warisan yang tidak boleh hanya disimpan dalam museum atau dipentaskan saat festival saja, melainkan harus terus dihidupi dalam keseharian masyarakatnya dan diperkenalkan kepada dunia sebagai salah satu mahakarya budaya bangsa.

Karena di balik setiap gerakannya, Tari Gantar mengajarkan kita tentang kesederhanaan yang agung, tentang kekuatan dalam kelembutan, dan tentang bagaimana budaya bisa menjadi jembatan antara manusia dengan alam, sejarah, dan masa depan.

Penulis: Belvana Fasya Saad