10 Kisah Rayyan, Bocah Penari di Ujung Sampan yang Bikin Pacu Jalur Kuansing Mendunia Regional

10
                    
                        Kisah Rayyan, Bocah Penari di Ujung Sampan yang Bikin Pacu Jalur Kuansing Mendunia
                        Regional

Kisah Rayyan, Bocah Penari di Ujung Sampan yang Bikin Pacu Jalur Kuansing Mendunia
Tim Redaksi
PEKANBARU, KOMPAS.com
– Tradisi
Pacu Jalur
di Kuantan Singingi (Kuansing),
Riau
, mendadak menjadi sorotan dunia.
Hal ini dipicu oleh video viral seorang bocah yang menari di ujung sampan panjang saat lomba berlangsung, dalam posisi berdiri sambil menjaga keseimbangan.
Fenomena ini memunculkan istilah “aura farming” di berbagai media sosial, dan banyak diparodikan oleh warga dari berbagai negara.
Bocah penari tersebut dikenal dengan sebutan Togak Luan, simbol bahwa jalur tim mereka sedang memimpin lomba.
Salah satu Togak Luan yang aksinya viral adalah
Rayyan Arkan Dikha
, bocah berusia 11 tahun asal Desa Pintu Lobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing.
Rayyan tak pernah mengira bahwa tariannya di atas sampan akan menarik perhatian internasional.
“Saya tidak menyangka bisa se viral itu. Tahunya setelah melihat media sosial banyak orang luar yang menirukan tarian itu,” ujar Rayyan saat ditemui di rumahnya, Jumat (4/7/2025).
Saat tampil, Rayyan mengenakan stelan teluk belanga warna hitam, tanjak khas Melayu Riau, dan kacamata hitam.
Ia menari secara spontan, mengikuti irama dan semangat timnya yang tengah unggul.
“Itu spontan saja. Tidak ada belajar atau latihan,” katanya.
Rayyan merasa sangat bangga karena tradisi yang ia cintai kini dikenal luas oleh masyarakat dunia.
“Alhamdulillah, sangat bangga dan bersyukur
Pacu Jalur Kuansing
semakin dikenal luas,” ujarnya, didampingi ibunya, Rani.
Menjadi Togak Luan adalah keinginan Rayyan sejak kecil. Ia terbiasa berenang dan naik sampan di Sungai Kuantan, dua syarat utama menjadi penari di ujung jalur. Keseimbangan dan kemampuan berenang adalah bekal penting.
“Ayah sering ngajak ke Pacu Jalur, jadi saya tertarik,” ungkapnya.
Ayah Rayyan adalah mantan peserta Pacu Jalur dari tim Jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, sementara sang kakak pernah menjadi Togak Luan.
Rayyan sendiri sudah dua tahun bergabung sebagai Togak Luan di tim ayahnya. Kini, ia duduk di kelas 5 SD, dan memiliki cita-cita menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Fenomena tarian Rayyan yang viral membuat sang ibu, Rani, menerima banyak telepon dari dalam dan luar negeri.
“Banyak yang menelepon saya. Ada yang dari Inggris, Dubai juga ada, minta live gitu. Saya iyakan,” katanya.
Meski bangga, Rani mengaku selalu merasa cemas setiap Rayyan naik jalur. Ia selalu mengingatkan putranya untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh ke sungai.
“Ya, khawatirnya itu dia jatuh. Di situ ada tim penyelamat juga. Makanya setiap tanding saya ingatkan selalu jaga keseimbangan,” ujar Rani.
Rani mengaku sangat mendukung Rayyan, dan berharap momen ini turut memperkenalkan budaya Pacu Jalur Kuansing ke mata dunia.
“Bangga sekali. Semoga Pacu Jalur Kuansing semakin dikenal lebih luas,” tambahnya.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.