Silat Beksi, Seni Bela Diri Tradisional Betawi Hasil Akulturasi Budaya Tionghoa

Silat Beksi, Seni Bela Diri Tradisional Betawi Hasil Akulturasi Budaya Tionghoa

Liputan6.com, Jakarta – Silat beksi merupakan jenis maen pukulan yang tumbuh dan berkembang di Betawi. Seni bela diri tradisional ini lahir dari akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi.

Mengutip dari laman Direktorat Jenderal Kebudayaan, seni bela diri ini dikembangkan oleh tiga pendekar beksi dan satu keturunan Tionghoa. Mereka adalah H Ghozali, H Hasbullah, H Nali, dan Lie Tjeng Hok.

Nama jurus dalam silat beksi diberi nama bie sie yang berarti pertahanan empat penjuru. Oleh orang Betawi, nama bie sie diubah menjadi beksi karena lebih mudah dilafalkan.

Nama beksi kemudian memiliki arti baru yang merupakan singkatan dari “berbaktilah engkau kepada sesama insan”. Makna ini dikenalkah oleh Hasbullah.

Sejarah pembentukan aliran silat beksi berawal dari Lie Tjeng Hok yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang. Ia memiliki seorang pegawai bernama Ki Marhali yang tinggal di rumahnya.

Sehari-hari, Ki Marhali kerap melihat tuannya berlatih kung fu. Ia pun mencoba gerakan-gerakan hasil pengamatannya tersebut.

Lie Tjeng Hok melihat setiap gerakan Ki Marhali yang kemudian mendorongnya untuk mengajarkan ilmu beladiri kepada Marhali. Sekian lama berlatih, Ki Marhali pun dipandang sebagai seorang ahli bela diri.

Kepiawaian Ki Marhali mendorong Ghozali dari Petukangan, Jakarta Selatan, untuk menjajal jurus tersebut. Ia yang mengakui kelebihan Marhali kemudian mengajak keponakannya, Hasbullah, untuk belajar ilmu bela diri baru.

 

Lagu Sahur-sahur Kocak Remaja Bangunin Tetangga Komplek