Liputan6.com, Bantul – Hingga dua pekan mendatang, pameran buku terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta, ‘Big Bad Wolf (BBW) Book 2025’ menyajikan sejuta buku baru untuk dikoleksi. Membidik keluarga muda, buku anak impor mendominasi pameran yang dibuka sejak 26 Juni sampai 7 Juli di Jogja Expo Center (JEC) Bantul.
Yogyakarta menjadi kota kedua gelaran BBW 2025 bertema ‘Ubah Dunia, Satu Buku Setiap Waktu’, setelah Surabaya. Di tahun kesembilannya, BBW 2025 terus berupaya menumbuhkan kebiasaan membaca dan membangun generasi pembaca baru dengan membuat buku lebih terjangkau serta dapat diakses semua orang.
“Menyambut gelaran BBW ke sepuluh tahun depan, kami ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda dan memberi makna. Kami bukan lagi sekedar menghadirkan pengalaman membaca buku fisik yang menyenangkan dan inspiratif,” kata Direktur BBW Indonesia, Marthius Wandi Budianto, Jumat (27/6/2025).
Membidik keluarga muda, BBW 2025 sepenuhnya ingin menjadikan buku bukan hanya sumber pengetahuan, tapi juga jendela imajinasi dan empati. Menghadirkan sejuta buku baru didominasi buku anak-anak, BBW 2025 ingin memberi pengalaman membaca yang berbeda terutama kepada anak-anak.
Wandi memaparkan, dengan perkembangan teknologi dalam 5-10 tahun belakang. Buku-buku yang interaktif dalam sajiannya banyak dicari keluarga muda sebagai bahan pendidikan literasi anaknya. “Sekarang buku pun berubah, sekarang banyak buku-buku yang dibuka halamannya gambarnya bisa pop up, ada buku yang dipencet bisa mengeluarkan suara, ada buku yang membantu sensorik motorik juga,” ujarnya.
Kehadiran buku anak-anak impor masih menjadi pemantik pameran, karena banyak penerbit lokal yang menurut Wandi belum bisa menyajikan buku serupa. Wandi menegaskan mendekatkan buku kepada anak-anak adalah langkah awal membentuk generasi pembelajar. Pameran ini menjadi momentum penting bagi para orang tua dan pendidik menumbuhkan budaya membaca buku fisik.
Pendiri BBW, Andrew Yap menyampaikan pameran buku terbesar ini kini telah mencapai lebih dari 50 kota di 17 negara.“Ini adalah bagian dari mimpi besar membuka akses literasi seluas dan terjangkau mungkin,” katanya.
Baginya Yogyakarta selalu punya tempat istimewa, sebagai kota budaya dan pelajar. Yogyakarta menjadi tempat generasi muda melihat dunia dan mencari inspirasi melalui lembar demi lembar buku, yang menjadi misi kekuatan literasi global.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5266714/original/032517100_1751013967-IMG_20250626_092238_3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)