PIKIRAN RAKYAT – Upaya meningkatkan tata kelola migrasi tenaga kerja Indonesia memasuki babak baru. Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH atas nama Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) bersama Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) resmi meluncurkan Pusat Informasi Terpadu untuk Migrasi, Vokasi, dan Pembangunan Indonesia (MOVE-ID) pada 19 Juni 2025.
Peluncuran dilakukan serentak di dua kota strategis—Bandung dan Mataram—yang menjadi pintu gerbang migrasi pekerja migran ke berbagai negara tujuan, termasuk Jerman dan kawasan Eropa lainnya.
Menghubungkan Tenaga Kerja Terampil ke Dunia
Sebagai negara dengan populasi usia produktif yang tinggi, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengisi kebutuhan pasar kerja global. MOVE ID hadir sebagai jawaban untuk mempertemukan tenaga kerja Indonesia yang terampil dengan pasar internasional secara aman, legal, dan berkelanjutan.
Direktur Jenderal Penempatan KP2MI, Ahnas menegaskan peran krusial MOVE ID sebagai pelindung pekerja migran sejak sebelum berangkat hingga kembali ke Tanah Air.
“MOVE-ID berfungsi sebagai wujud kehadiran negara dalam tata kelola migrasi kerja yang aman, sekaligus menjadi pilot project yang nantinya dapat dikembangkan di berbagai daerah. Pelindungan pekerja migran harus menjadi prioritas, termasuk memastikan kesesuaian dan kelengkapan dokumen, serta kepatuhan mereka terhadap mekanisme resmi sebelum mereka diberangkatkan,” tuturnya.
Menjawab Kebutuhan Pasar Global
Menurut data Bertelsmann Foundation tahun 2024, Jerman saja membutuhkan 288.000 pekerja asing terampil setiap tahun hingga 2040. Sektor yang paling banyak menyerap antara lain kesehatan, teknik, konstruksi, kerajinan, hingga manufaktur.
Manajer Implementasi Program Pusat Migrasi dan Pembangunan GIZ, Makhdonal Anwar menegaskan pentingnya MOVE ID sebagai penghubung pekerja Indonesia dengan peluang global.
“MOVE-ID dibangun untuk menjadi jembatan yang mempertemukan tenaga kerja Indonesia yang terampil ini dengan pasar tenaga kerja global, sekaligus membantu para pekerja migran Indonesia menjalani proses migrasi sesuai dengan jalur yang aman, adil, dan dikelola dengan baik,” katanya.
MOVE-ID juga akan mendampingi pekerja migran yang kembali ke Indonesia agar mampu berdaya dan mandiri secara ekonomi.
Mengurangi Migrasi Non-Reguler
Fenomena pekerja migran non-reguler masih menjadi tantangan. Berdasarkan Sakernas 2023, hanya 65,6 persen Pekerja Migran Indonesia (PMI) berangkat secara legal. Sisanya, sekitar 31 persen masih menempuh jalur tidak resmi, sering kali tanpa perlindungan memadai.
Melalui layanan konsultasi, informasi, dan pendampingan profesional, MOVE-ID diharapkan mampu menekan angka penempatan non-reguler.
Cerita Migran: Dari Perawat Hingga Pengusaha
Rukke Endari adalah salah satu calon pekerja migran yang sedang menyiapkan diri untuk menjadi perawat di Jerman melalui skema G to G Triple Win.
“Dengan bekerja sebagai perawat di Jerman, saya berharap bisa memperbaiki ekonomi keluarga,” ucap Rukke.
Dia kini tengah merampungkan berbagai persyaratan, mulai dari sertifikat Bahasa Jerman minimal level B1 hingga Fachkurs—kursus keahlian keperawatan berbahasa Jerman.
Di sisi lain, Asmuni, purna pekerja migran asal Lombok, membuktikan bahwa pengalaman kerja di luar negeri bisa jadi pijakan membangun usaha di kampung halaman. Usaha kuliner Bebek Merseng miliknya kini memiliki enam cabang dan mempekerjakan mantan pekerja migran.
“Pelatihan tersebut sangat membantu saya dalam menyesuaikan diri ketika kembali ke Tanah Air. Saya mendapat pelajaran tentang pengelolaan keuangan dan manajemen. Ini berdampak positif terhadap cara pandang dan sikap mental saya, khususnya dalam melihat peluang dan membangun usaha,” tutur Asmuni.
Ia berharap MOVE ID dapat menjadi wadah berkelanjutan bagi pekerja migran yang kembali ke Indonesia.
“Semoga MOVE-ID dapat dengan maksimal memfasilitasi teman-teman yang akan berangkat ke luar negeri melalui jalur resmi. Saya juga berharap MOVE-ID bisa menjadi wadah bagi teman-teman yang telah kembali ke Indonesia, karena umumnya banyak purna pekerja migran yang kesulitan beradaptasi,” ujarnya.
Membangun Kemitraan yang Adil
Melalui MOVE-ID, GIZ dan KP2MI berupaya memastikan kemitraan migrasi yang setara dan saling menguntungkan bagi semua pihak: Indonesia sebagai negara asal, negara tujuan seperti Jerman, dan pekerja migran itu sendiri.
“GIZ mendukung migrasi tenaga kerja yang aman, tertib, dan berbasis keterampilan guna memastikan kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. Kami berharap, MOVE-ID dapat membantu pekerja migran mulai dari saat hendak berangkat ke luar negeri hingga kembali ke Tanah Air,” kata Makhdonal.
Dengan dukungan nyata MOVE-ID, para pekerja migran Indonesia kini memiliki ruang aman untuk merencanakan masa depan yang lebih baik di panggung kerja global, sekaligus tetap berdaya ketika kembali ke kampung halaman.***
