Saat Batik Lumajang Seolah "Berbisik" di Tepi Pantai Watu Pecak Surabaya 29 Juni 2025

Saat Batik Lumajang Seolah "Berbisik" di Tepi Pantai Watu Pecak
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        29 Juni 2025

Saat Batik Lumajang Seolah “Berbisik” di Tepi Pantai Watu Pecak
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Langit biru terbentang luas di atas
Pantai Watu Pecak
, Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, seolah menjadi kanvas raksasa.
Bukan untuk lukisan, melainkan untuk sebuah pertunjukan keindahan yang langka, sebuah simfoni visual antara warisan budaya dan kemegahan alam.
Di bibir pantai berpasir hitam ini, ombak yang tak henti menabrak daratan menjadi musik pengiring bagi langkah-langkah anggun para model, memperagakan pesona
batik
Lumajang.
Berbagai model batik ada di sini. Tentunya, semua asli produk Lumajang.
Mulai dari batik pisang agung, batik pasir, dan batik jaran kencak.
Semua motif yang tergambar dalam kain batik ini terinspirasi dari ikon Kabupaten Lumajang.
Bupati Lumajang
Indah Amperawati mengatakan, batik yang seringkali diasosiasikan dengan kemewahan di dalam ruangan berpendingin.
Bisa bernafas bebas di bawah terik matahari, bersentuhan dengan angin laut, dan berpadu dengan deburan ombak.
“Kami ingin membawa batik keluar dari sangkarnya, mendekatkannya dengan alam yang menjadi inspirasi banyak motifnya,” kata Indah di Pantai Watu Pecak Lumajang, Minggu (29/6/2025).
“Apalagi ini bebarengan dengan Festival Segoro Topeng Kaliwungu, jadi momennya pas untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa Lumajang punya batik, punya keindahan yang tak kalah menarik, dan punya potensi wisata yang menawan,” lanjutnya.
Puluhan motif batik meliuk indah mengikuti gerak para model.
Batik
-batik itu seolah berbisik, menceritakan tentang gunung, tentang laut, tentang kehidupan masyarakat Lumajang yang sederhana namun kaya makna.
Penonton mulai dari wisatawan mancanegara hingga warga lokal, tak henti mengabadikan momen ini.
Mereka terpukau melihat bagaimana kain-kain batik itu hidup, seolah menemukan jiwanya ketika melambai-lambai diterpa angin pantai.
“Melihatnya di pantai begini, sensasinya beda. Lebih indah, pokoknya bagus deh,” kata Kinara, salah satu penonton.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.