Ilmuwan Dalam Seni dan Sejarah di Pameran Science and Art 8.0” (SciArt 8.0) di Museum Benteng Vredeburg

Ilmuwan Dalam Seni dan Sejarah di Pameran Science and Art 8.0” (SciArt 8.0) di Museum Benteng Vredeburg

PIKIRAN RAKYAT – Pameran seni mengenai ilmuwan digelar di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Bertajuk “Science and Art 8.0” (SciArt 8.0), pameran lukisan potret dan narasi visual ini juga menjadi wahana menghubungkan ilmuwan sebagai salah satu penggerak sejarah.

Sejarawan dari Monash University, Luthfi Adam, mengatakan, sejarah selama ini berfokus pada sejarah perang. Sekarang saatnya untuk mulai memasukkan sejarah tentang riset, sains, dan teknologi. 

“Penulisan sejarah tidak cukup hanya dilakukan oleh sejarawan, tetapi perlu kontribusi dari ahli dalam bidang ilmu masing-masing, sehingga ada pemahaman antara sejarawan dengan ilmuwan dalam intermediary process,” ujar Luthfi pada Rabu, 25 Juni 2025.

Banyak negara memiliki tradisi penghormatan terhadap tokoh-tokoh penting sebagai bagian dari sejarah. Selama ini, pahlawan lebih dimaknai sebagai tokoh yang berjuang dalam perang melawan penjajah di masa perjuangan. Namun, terdapat juga pahlawan yang berada di ruang sepi, yaitu para ilmuwan sebagai pahlawan sains dan teknologi. 

“Sejarah sesungguhnya ada masanya, dan saat ini Indonesia masuk ke masa untuk membangun science society atau masyarakat ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sudah saatnya pahlawan ilmu pengetahuan dikomunikasikan pada masyarakat,” kata Luthfi. 

Menyambungkan ilmuwan & seniman

Pelukis Paul Hendro, mengatakan, pameran ini mencoba menyambungkan dunia ilmuwan dengan seniman lukis.  “Selama ini, para ilmuwan tidak tersentuh oleh para pelukis. Kebanyakan yang dikenal oleh pelukis adalah pahlawan perang pejuang kemerdekaan,” katanya.

Upaya membangun rapsodi seni, sejarah dan saintek sebenarnya telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Pada 2022, diselenggarakan “Pekan Wirabangsa” di Pasar Seni Ancol, Jakarta, yang menampilkan pahlawan nasional pilihan negara dan mengajak publik untuk berpikir ulang tentang siapa sebenarnya para pendiri bangsa. 

Pada tahun yang sama, Paul Hendro menggagas hibah lukisan potret Presiden dan Wakil Presiden kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), menandai dimulainya gerakan potret kenegaraan kontemporer. Lalu, pada tahun 2024, digelar pameran “Seabad Para Kalangwan”, yang menampilkan tokoh-tokoh sastrawan dan seniman besar seperti Empu Kanwa, Empu Tantular, dan Prapanca. 

Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, Yudi Darma, mengatakan, tujuan pameran ini adalah menghidupkan kembali tradisi ‘Padarman’ dalam wujud modern. “Ini sebagai bentuk penghormatan terhadap pemikiran, pengetahuan, dan kontribusi ilmuwan terhadap kemajuan peradaban sebagai bagian dari narasi kepahlawanan,” katanya.

Menurut Yudi, bangsa yang besar adalah bangsa yang memahami dan meneruskan semangat para pemikirnya. Ia mendorong masyarakat untuk merawat pemahaman bahwa ilmu pengetahuan dan seni dapat berjalan beriringan sebagai suatu kebudayaan yang mendorong kemajuan bangsa.

“Semoga pameran ini menjadi ruang apresiasi terhadap karya seni dan pemikiran ilmuwan, menjadi titik temu antargenerasi, disiplin ilmu, dan masa lalu dengan masa depan. Dari sini, kami berharap tumbuh rasa ingin tahu dan kolaborasi-kolaborasi baru,” tuturnya.***