Tongkonan Karuaya, Menyusuri Jejak Peradaban Toraja di Kampung Adat Sangalla

Tongkonan Karuaya, Menyusuri Jejak Peradaban Toraja di Kampung Adat Sangalla

Liputan6.com, Makassar – Kompleks Tongkonan Karuaya di Sangalla Utara, Tana Toraja, menyimpan cerita panjang tentang persatuan Suku Toraja. Sejak abad ke-17, kampung adat Toraja menjadi saksi bisu kelahiran ikrar misa kada dipotuo pantan kada dipomate (bersatu kita hidup, bercerai kita mati) yang menjadi falsafah hidup masyarakat hingga kini.

Mengutip dari berbagai sumber, tiga unit Tongkonan berjajar dengan atap berbentuk perahu dan tanduk kerbau menjadi ciri khas kompleks ini. Material utama berupa kayu ulin dan bambu yang tahan hingga ratusan tahun, dengan teknik konstruksi tanpa paku.

Menariknya, bagian depan rumah dihiasi tujuh tengkorak manusia. Hal ini diduga kepala musuh dari perang adat masa lalu.

Bangunan bersejarah ini menunjukkan usia yang telah mencapai tiga abad, ditandai dengan tumbuhnya pune (pakis) yang subur di atap-atapnya. Keunikan arsitektur tradisional ini tidak hanya terletak pada usianya yang tua, tetapi juga pada setiap detail ukiran geometris yang menghiasi dinding-dindingnya.

Setiap motif ukiran memiliki makna filosofis, seperti pa’barre allo yang menggambarkan matahari sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Ukiran pa’tedong yang berbentuk kepala kerbau melambangkan status sosial dan kedudukan pemilik bangunan dalam Masyarakat, sementara motif pa’manuk Londong yang menampilkan bentuk ayam jantan berfungsi sebagai penanda kewaspadaan dan penjaga spiritual bagi penghuni rumah.