Liputan6.com, Jakarta – Berebut dandang merupakan salah satu tradisi dalam prosesi pernikahan adat khas Betawi. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Betawi bagian timur yang bersentuhan dengan kebudayaan Sunda, yakni Bekasi, Depok, dan sebagian Bogor.
Tradisi ini mirip dengan tradisi palang pintu yang juga menjadi bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi. Masyarakat Betawi bagian timur kemudian menambahkannya dengan tradisi berebut dandang.
Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, penggunaan dandang tembaga dalam tradisi ini konon menjadi lambang kekuatan dan kekayaan. Ini sekaligus menandakan bahwa kekayaan tidak jatuh dari langit, tetapi harus diperjuangkan.
Dalam pernikahan adat Betawi, rombongan mempelai pria akan membawa seserahan ke kediaman mempelai wanita. Saat membawa seserahan, biasanya rombongan akan diiringi dengan tabuhan tanjidor, sampyong, ondel-ondel, dan rebana biang.
Adapun dandang yang digunakan untuk tradisi berebut dandang merupakan bagian dari seserahan tersebut. Sesuai namanya, dalam tradisi ini terdapat adegan memperebutkan dandang.
Tradisi unik khas Betawi ini dilakukan dengan cara mengikatkan dandang ke punggung seorang jago maen pukulan. Sosok jago ini merupakan wakil besan yang bertugas mewakili pihak mempelai laki-laki.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4753696/original/084782600_1708943763-035757500_1658804944-th.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)