Menggulung Cerutu, Melestarikan Budaya Leluhur ala Pemuda Melayu Deli

Menggulung Cerutu, Melestarikan Budaya Leluhur ala Pemuda Melayu Deli

Dery bercerita, awal terjun menjadi seorang pembuat cerutu karena melihat tidak ada suvenir Tembakau Deli, dan bertanya-tanya kenapa tidak ada hilirisasi di Tanah Deli. Maka, selaku putra daerah merasa terpanggil.

“Karena Tembakau Deli adalah warisan budaya leluhur. Karena hal itu juga, saya merasa bertanggung jawab, dan dituntut untuk melestarikan budaya leluhur,” ungkap pemuda berkumis itu.

Dery merasa, sejak kecil sudah familiar dengan Tembakau Deli. Sebab, dari kecil dirinya suka dengan sejarah, dan selalu belajar serta mencari tahu tentang sejarah-sejarah kebudayaan Melayu.

“Nah, salah satunya soal Tembakau Deli ini. Dulu, atok-atok sering cerita, juga saya lihat dari ornamen-ornamen atau simbol-simbol yang terkait dengan Tembakau Deli,” bebernya.

Dery mencontohkan soal simbol bunga tembakau di Balairung Istana Maimun. Saat kecil, Dery melihat simbol itu, lalu mencari tahu dengan bertanya kepada atoknya, Tengku Zikri, yang saat itu bergelar Tengku Laksmana Negeri Deli, adik Sultan Maimun ke-12, Sultan Azmi Perkasa Alam Alhaj.

Berangkat dari hal-hal kecil itu, Dery terus mencari tahu soal Tembakau Deli, hingga akhirnya menemukan jawaban soal apa itu Tembakau Deli, yang kemudian muncul dibenaknya untuk dijadikan sebuah passion.

“Itu tadi, jadi passion bagi saya, dan saya suka (membuat cerutu),” ujarnya.

Di keluarga Kesultanan Deli, Dery bukan orang sembarangan. Ayahnya adalah keturunan Tengku Perdana Menteri Harun Al Rasyid, anak Sultan Deli ke-9, Ma’moen Al Rasyid, dan generasi ke-5 dari Sultan Ma’moen.