Bitcoin Masih Tunjukkan Ketangguhan di Tengah Volatilitas Global

Bitcoin Masih Tunjukkan Ketangguhan di Tengah Volatilitas Global

PIKIRAN RAKYAT – Bitcoin (BTC) terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah gejolak geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global. Meskipun ketegangan antara Israel dan Iran meningkat, dan Federal Reserve (The Fed) AS kembali mempertahankan suku bunga, harga Bitcoin tetap stabil. Pada Jumat pukul 14.00 WIB, harga BTC berada di kisaran 104.670 dolar AS atau sekitar Rp1,71 miliar.

Menurut Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, yang menyampaikan keterangannya di Jakarta, Jumat, 20 Juni 2025, pasar kripto saat ini berada dalam fase konsolidasi yang normal.

“Bitcoin sedang menguji zona support di 104.000 dolar AS. Volume perdagangan menurun, ADX di level 16 menunjukkan belum ada tren kuat, dan RSI netral di angka 45. Ini adalah periode penantian untuk arah baru, baik dari kebijakan The Fed maupun perkembangan geopolitik,” jelas Fyqieh, dikutip PikiranRakyat.com dari Antara, Jumat, 20 Juni 2025.

Bank Sentral AS, atau The Fed, telah mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50 persen. Keputusan ini didasarkan pada prospek ekonomi global yang masih belum pasti, meskipun inflasi menunjukkan tren penurunan. Pasar merespons keputusan ini sebagai langkah hati-hati dari otoritas moneter AS untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Meskipun belum ada tren kenaikan baru, Fyqieh meyakini struktur jangka panjang Bitcoin masih positif. “Jika The Fed di masa mendatang hingga Juli menjelang pertemuan FOMC selanjutnya dapat memberikan sinyal dovish, Bitcoin berpotensi menguat kembali menuju 110.000 dollar AS,” ujarnya.

Fyqieh menambahkan, ketahanan Bitcoin di tengah konflik bersenjata bukanlah hal baru. Data historis menunjukkan bahwa BTC cenderung stabil bahkan menguat dalam berbagai konflik besar selama dekade terakhir. Sebagai contoh, setelah serangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, harga Bitcoin sempat terkoreksi namun pulih dalam hitungan hari.

Prospek Jangka Panjang Aset Kripto, BTC

Kepercayaan investor institusional juga menjadi faktor kunci. Misalnya, MicroStrategy, perusahaan milik Michael Saylor, mengakuisisi 10.001 Bitcoin senilai 1 miliar dolar AS pada 16 Juni 2025. Akuisisi ini menunjukkan keyakinan kuat terhadap prospek jangka panjang aset kripto ini.

“Konflik geopolitik cenderung meningkatkan ekspektasi inflasi global melalui lonjakan belanja fiskal, gangguan rantai pasok, dan kenaikan harga komoditas. Dalam jangka panjang, faktor-faktor ini biasanya menguntungkan Bitcoin,” jelas Fyqieh.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa Bitcoin masih sensitif terhadap reaksi awal pasar terhadap konflik, yang mungkin memicu tekanan jual sesaat setelah pecahnya perang.

Konflik internal seperti perang Tigray di Ethiopia pada 2020 atau kudeta Myanmar pada 2021 tidak memberikan dampak signifikan pada harga Bitcoin. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh terhadap harga lebih ditentukan oleh kedekatan geopolitik dan keterlibatan pasar keuangan global.

Fyqieh juga menyoroti peningkatan adopsi institusional, yang membuat Bitcoin semakin terkorelasi dengan pasar keuangan global. Entitas besar seperti BlackRock, Coinbase, hingga pemerintah AS kini berperan sebagai pemegang atau pengelola aset kripto ini.

“Bitcoin tidak lagi berdiri sendiri seperti satu dekade lalu. Faktor makroekonomi dan geopolitik kini memiliki pengaruh besar terhadap harga. Namun, justru inilah yang menjadikan BTC instrumen relevan untuk diversifikasi portofolio,” tambahnya.

Secara teknis, Bitcoin saat ini menghadapi resistansi di level 106.500 dolar AS, kemudian zona 108.800–110.000 dollar AS, dengan resistansi kritis di 112.000 dolar AS. Sementara itu, dukungan terdekat berada pada kisaran 102.000-103.000 dolar AS, dan dukungan jangka panjang pada 93.200 dolar AS, yang bertepatan dengan EMA 200 hari.

Dengan kapitalisasi pasar kripto global yang tetap bertahan di 3,25 triliun dolar AS dan arus masuk ETF yang masih positif, peluang pemulihan harga Bitcoin tetap terbuka lebar. Pasar kini menanti arah kebijakan The Fed berikutnya serta dinamika konflik global yang terus berkembang.***