Musik Lide, Warisan Budaya Bambu Sangihe yang Bangkit dari Kepunahan

Musik Lide, Warisan Budaya Bambu Sangihe yang Bangkit dari Kepunahan

Sangihe, Beritasatu.com – Di tengah modernisasi yang terus melaju, musik Lide, salah satu warisan budaya tradisional dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, nyaris hilang ditelan zaman. Namun berkat kepedulian masyarakat Desa Manumpitaeng, alunan musik bambu ini kembali menggema di ruang publik.

Dikenal juga sebagai musik o’i, Musik Lide merupakan pengiring utama Tari Lide yang telah dimainkan sejak abad ke-19. Musik ini terdiri dari lima alat musik bambu tradisional, mulai dari sasesaheng, o’i, salude, arababu, dan bansi.

Semua alat musik itu dimainkan bersamaan, berpadu dengan vokal tradisional khas suku Sangihe.

Dari kelima instrumen, o’i menjadi paling sederhana secara bentuk. Namun, proses pembuatannya tergolong rumit dan memerlukan keahlian khusus dari pengrajin bambu lokal.

Sayangnya, alat musik ini kini hanya dapat ditemukan di Kampung Manumpitaeng, menjadikannya simbol terakhir dari keberadaan Musik Lide secara fisik.

Meski sempat tenggelam, Musik Lide kini bangkit kembali. Berkat inisiatif tokoh masyarakat dan perangkat kampung, pertunjukan Musik Lide rutin digelar di halaman Rumah Peninggalan Raja Manganitu, Wellem Mokodompis.

Tak hanya itu, musik ini juga menjadi bagian penting dari upacara adat Tulude, yang selalu dilaksanakan setiap 31 Januari.

Tulude sendiri merupakan ritual sakral tahunan masyarakat Sangihe yang sarat dengan nilai budaya dan spiritual.

Kini, Musik Lide bahkan diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Langkah ini dilakukan agar kekayaan budaya Sangihe ini bisa mendapat perlindungan hukum serta dukungan pelestarian dari pemerintah.

“Ini warisan budaya Sangihe, jangan sampai punah. Kami akan terus mempertontonkan musik ini ke publik,” ujar pemain Musik Lide dan tokoh kampung Manumpitaeng, Joni Talinaung kepada wartawan, Minggu (15/6/2025).