Dalam kasus tertentu, mind blanking bahkan dapat menjadi ciri kondisi klinis. “Kita tahu bahwa itu bermanifestasi dalam kondisi klinis seperti Attention Deficit Hyperactivity Disorde (ADHD),” kata Demertzi.
Anak-anak dengan ADHD yang tidak diobati mengalami mind blanking pada tingkat yang lebih tinggi daripada anak-anak tanpa kondisi tersebut.
Kondisi lain seperti gangguan kecemasan umum, juga mencakup mind blanking sebagai fitur terkait.
Pertanyaan utama bagi Demertzi adalah mengapa mind blanking terjadi? Para peneliti masih terus mencari jawabannya, meskipun ia menduga bahwa keterkaitan dengan tidur dan arousal mungkin menjadi petunjuk.
“Ketika kita tidur, neuron kita beristirahat dengan membuang apa yang telah terakumulasi sepanjang hari melalui sistem glimfatik,” Demertzi memungkaskan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4745610/original/031295400_1708180611-robina-weermeijer-so1L3jsdD3Y-unsplash.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)