Jakarta, Beritasatu.com – Keputusan sejumlah pemerintah daerah yang melarang sekolah melakukan kegiatan study tour siswa, terutama ke luar daerah, berdampak langsung pada berbagai sektor ekonomi. Setidaknya lima sektor terdampak paling parah menurut kajian Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Kepala Pusat Ekonomi Digital dan UMKM Indef, Izzudin Al Farras menyebut, larangan ini mengakibatkan turunnya pendapatan secara signifikan bagi pelaku usaha yang selama ini bergantung pada aktivitas wisata edukasi pelajar.
“Beberapa jenis sektor UMKM paling terdampak, yang pertama jelas kuliner,” ungkap Farras dalam program Investor Daily Talk Beritasatu TV, Senin (9/6/2025).
5 Sektor Terpukul
1. UMKM Kuliner
Usaha makanan, seperti katering dan warung makan kehilangan pelanggan besar karena tidak adanya rombongan pelajar yang biasanya membutuhkan konsumsi massal.
2. Perhotelan dan Penginapan
Mulai dari hotel, homestay, hingga penginapan lokal kehilangan pendapatan karena siswa yang study tour ke luar kota pasti membutuhkan akomodasi.
3. Transportasi
Operator bus antar kota hingga transportasi lokal ikut terdampak karena biasanya digunakan sebagai moda utama selama perjalanan.
4. Jasa Edukatif
Kegiatan, seperti pelatihan batik, workshop budaya, hingga jasa pemandu wisata kehilangan pelanggan utama dari sektor pelajar.
5. Pedagang Kaki Lima
Pedagang di sekitar lokasi wisata, seperti cendera mata dan jajanan oleh-oleh turut merasakan sepinya pendapatan.
“Mereka semua kemudian potensi pendapatannya menghilang karena adanya larangan cara wisata ini,” tegas Farras.
Indef juga mengingatkan pentingnya menciptakan alternatif wisata edukatif yang tetap aman. Namun, tetap bisa mendukung perputaran ekonomi sektor informal dan UMKM di daerah wisata.
