Liputan6.com, Makassar – Tradisi accera kalompoang di Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, merupakan ritual pembersihan benda-benda pusaka kerajaan yang mengandung nilai sejarah dan akulturasi budaya. Prosesi tahunan ini menunjukkan perpaduan unsur Hindu-Buddha dan Islam, khususnya terlihat pada bentuk mahkota Salokoa yang menyerupai bunga Teratai.
Mengutip dari berbagai sumber, ritual accera kalompoang pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV, Sultan Alauddin di tahun 1605 Masehi. Meskipun telah mengalami islamisasi, bentuk mahkota Salokoa dengan desain kerucut dan lima kelopak teratai masih dipertahankan.
Mahkota emas seberat 1.768 gram yang dihiasi 250 berlian ini menjadi pusat dari seluruh rangkaian ritual. Pelaksanaan accera kalompoang meliputi tiga tahapan utama.
Tahap pertama adalah annangkasi atau proses pembersihan benda pusaka. Tahap kedua disebut annyossoro’, yaitu peluluhan dengan menggunakan air suci dari Sumur Bungung Lompoa.
Tahap terakhir adalah accera’ yang melibatkan pengolesan darah kerbau jantan berwarna hitam yang disembelih secara islami. Ritual accera kalompoang melibatkan sejumlah benda pusaka kerajaan yang memiliki nilai historis.
Salah satunya adalah sudanga, senjata sakti yang terbuat dari besi putih dengan hiasan emas. Benda penting lainnya berupa ponto janga-jangaya, gelang emas berbentuk naga dengan berat mencapai 985,5 gram.
Selain itu terdapat tatarapang, keris emas yang dihiasi permata dengan berat sekitar 9.865 gram. Ketiga benda pusaka ini menjadi bagian tak terpisahkan dari prosesi ritual tahunan tersebut.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5121369/original/051576800_1738722196-Accera_Kalompoang.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)