Industri Tertekan, China Desak Hentikan Perang Harga Otomotif

Industri Tertekan, China Desak Hentikan Perang Harga Otomotif

Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah China akhirnya angkat bicara terkait perang harga industri otomotif yang kian intensif. Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Sabtu (31/5/2025), Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mendesak para pelaku industri untuk menghentikan persaingan harga yang dianggap “brutal” dan merusak kesehatan sektor otomotif, terutama dalam jangka panjang.

“Tidak ada pemenang dalam perang harga, apalagi masa depan,” tegas kementerian melalui akun resminya di WeChat, dikutip dari Reuters, Sabtu (31/5/2025).

Pemerintah menyatakan akan bekerja sama dengan lembaga penegak hukum untuk mengatasi praktik persaingan tidak sehat dan siap mengambil tindakan regulasi demi menjaga keberlanjutan industri.

Langkah ini diambil setelah perdebatan hangat di kalangan eksekutif perusahaan otomotif mengenai dampak diskon besar-besaran yang ditawarkan kepada konsumen.

Salah satu pemicu utama ketegangan adalah insentif besar yang baru-baru ini diberikan oleh raksasa kendaraan listrik BYD, termasuk potongan harga untuk lebih dari 20 model, seperti hatchback BYD Seagull, yang harganya bisa turun menjadi hanya 55.800 yuan (sekitar US$ 7.750) berkat subsidi tukar tambah dari pemerintah.

Tindakan BYD ini dengan cepat diikuti oleh pesaing lain, seperti Geely dan Chery, yang ikut menawarkan diskon demi menjaga daya saing.

Namun, lonjakan strategi potong harga ini membuat beberapa pihak khawatir akan dampaknya terhadap laba perusahaan, efisiensi, dan struktur pasar secara keseluruhan.

Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) juga turut menyuarakan kekhawatiran serupa. Mereka menyerukan agar para pemain industri melakukan “gencatan senjata” terhadap perang harga otomotif, yang menurut mereka justru merugikan profitabilitas perusahaan dan menghambat inovasi.

“Perusahaan harus mematuhi prinsip persaingan yang adil, dan pemain besar diharapkan menahan diri dari mendominasi pasar melalui praktik monopoli,” tulis CAAM dalam pernyataannya.

Organisasi itu menekankan, perusahaan tidak seharusnya menjual produk di bawah biaya produksi, kecuali untuk penyesuaian harga yang sah menurut hukum.

Situasi ini memanas setelah komentar pedas muncul dari Wei Jianjun, CEO Great Wall Motor, yang menyebut kondisi industri otomotif saat ini tidak sehat.

Pernyataannya memicu reaksi keras dari seorang eksekutif BYD yang menilai kritik tersebut berlebihan. Ketegangan ini mencerminkan bagaimana persaingan harga mobil listrik di China telah mencapai titik kritis.

Meski di satu sisi memberikan keuntungan bagi konsumen, di sisi lain strategi potong harga ekstrem dapat melemahkan fondasi bisnis jangka panjang dan mengganggu stabilitas ekosistem industri.

Pemerintah China kini mengambil peran aktif dalam menata ulang arah persaingan industri otomotif, seraya mengingatkan bahwa pertumbuhan berkelanjutan harus didasarkan pada inovasi dan efisiensi, bukan sekadar pemotongan harga semata.

Dengan dukungan regulasi dan dorongan menuju kebijakan otomotif yang lebih sehat, pemerintah berharap perang harga otomotif di China dapat berakhir, sehingga mereka bisa mempertahankan posisinya sebagai pasar terbesar di dunia tanpa harus mengorbankan stabilitas industrinya.