Jakarta, Beritasatu.com – Candi Borobudur kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron mengunjungi situs bersejarah ini bersama Presiden Prabowo Subianto.
Kunjungan ini bukan hanya momen diplomatik, tetapi juga memunculkan kembali rasa kagum dunia terhadap keajaiban arsitektur dan spiritualitas dari Candi Borobudur.
Dilansir dari beragam sumber, Kamis (29/5/2025) Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh penganut Buddha Mahayana di bawah pemerintahan wangsa Syailendra. Struktur megah ini menjadi bukti kejayaan peradaban kuno di Nusantara, serta menjadi lambang perpaduan harmonis antara seni, arsitektur, dan ajaran spiritual.
Candi ini mulai ditinggalkan pada abad ke-10, seiring berpindahnya pusat pemerintahan Mataram Kuno ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Baru pada 1975-1982, pemugaran besar-besaran dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan UNESCO. Kini, Borobudur telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia dan masih digunakan untuk ritual umat Buddha hingga hari ini.
Candi Borobudur terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang dilengkapi tiga pelataran melingkar di atasnya. Total terdapat 2.672 panel relief yang menghiasi dinding, serta 504 arca Buddha yang dahulu menghiasi setiap sudut candi.
Di bagian puncak, terdapat stupa utama yang dikelilingi oleh 72 stupa berlubang. Setiap stupa kecil tersebut menyimpan arca Buddha dalam posisi duduk bersila, dengan sikap tangan Dharmachakra Mudra yang melambangkan ajaran Buddha.
Candi Borobudur tidak hanya megah secara fisik, tetapi juga sarat dengan filosofi spiritual Buddha. Perjalanan menaiki candi ini melambangkan perjalanan menuju pencerahan, melalui tiga tingkatan ranah kehidupan:
Kamadhatu (Dunia Nafsu), bagian kaki candi yang menyimpan 160 panel relief Karmawibhangga. Ini menggambarkan hukum sebab-akibat atau karma.
Rupadhatu (Dunia Wujud), empat lorong berisi 1.212 panel relief dan 432 arca Buddha. Di sinilah pengunjung melihat keindahan pahatan dan simbol peralihan menuju kesadaran lebih tinggi.
Arupadhatu (Dunia Tanpa Wujud), tiga pelataran melingkar berisi 72 stupa kecil dan satu stupa utama. Simbol transendensi dan puncak spiritualitas.
Desain Borobudur mencerminkan warisan budaya lokal, seperti struktur punden berundak dari masa prasejarah. Material utama candi adalah batu andesit, dan teknik pembuatannya menunjukkan keahlian luar biasa masyarakat kuno Indonesia.
Setiap elemen arsitektur memiliki makna dari ratna di bagian bawah pagar langkan, hingga stupika di tingkat atas. Semua disusun dengan presisi tinggi dan ketelitian spiritual.
