9 Ramai-ramai Warga Jual Data Retina demi Uang… Megapolitan

9
                    
                        Ramai-ramai Warga Jual Data Retina demi Uang…
                        Megapolitan

Ramai-ramai Warga Jual Data Retina demi Uang…
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Antrean mengular terlihat di depan sebuah ruko bertuliskan
WorldID
di Jalan Margonda Raya, Depok, Senin (5/5/2025) pagi.
Sejak pukul 08.30 WIB, warga, umumnya ibu-ibu dan bapak-bapak, satu per satu berdatangan, berharap bisa menyelesaikan proses
verifikasi identitas
melalui pemindaian retina mata.
Aplikasi
World App
menjanjikan imbalan setelah proses pemindaian.
Bagi sebagian warga, informasi itu cukup untuk membuat mereka bergegas datang, meski belum paham betul siapa di balik layanan ini, dan untuk apa data mereka digunakan.
“Saya dapat jadwal verifikasi jam 09.00 pagi, tapi sampai sekarang belum ada siapa-siapa yang datang. Tidak ada penjelasan juga,” kata Lilik Khodijah (45), warga Depok, kepada Kompas.com.
Warga lain, Rudi (41), mengaku mendapatkan informasi dari tetangganya prihal verifikasi tersebut.
“Saya sih dengarnya dari tetangga, katanya cukup scan mata pakai alat gitu, nanti langsung dapat koin di aplikasi World-nya. Enggak jelas juga koinnya buat apa, tapi katanya bisa diuangkan,” kata Rudi.
Proses pendaftaran tampak sederhana, hanya dengan nama dan e-mail, tanpa KTP, tanpa dokumen tambahan.
“Tidak pakai KTP, hanya nama saja sama e-mail, datang ke toko nanti katanya dijelasin lagi dan pencairannya juga enggak pakai berkas apa pun. Hanya lewat e-Wallet atau bank gitu,” kata Nur (38), warga lainnya.
Namun, antusiasme warga tak berbanding lurus dengan kesiapan penyelenggara. Ruko tak kunjung buka hingga lewat pukul 10.00 WIB.
Setelah dua jam lebih menunggu, petugas muncul dan mengumumkan bahwa layanan hari itu ditutup sementara karena alat verifikasi harus diperbaiki.
“Kita lagi perbaikan alat, jadi alatnya kita bawa dulu untuk pembaruan,” ujar petugas di lokasi.
“Nanti lihat melalui aplikasi saja, kalau jadwal sudah bisa diklik berarti kita sudah buka,” katanya.
Kondisi serupa juga terjadi di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Imbalan langsung menjadi daya tarik utama layanan WorldID.
Wali Kota Tri Adhianto mengonfirmasi bahwa banyak warganya sudah menjual data retina demi uang tunai.
“Sejumlah warga Bekasi telah mengikuti pemindaian iris mata menggunakan alat khusus berbentuk bola (Orb), dan setelahnya diberi imbalan uang tunai antara Rp 300.000–800.000,” kata Tri, Senin (5/5/2025).
Namun, Tri mengingatkan bahwa di balik imbalan cepat itu, ada risiko besar yang mengintai.
“Ini sangat berisiko. Kalau data biometrik ini disalahgunakan, dampaknya bisa sangat fatal,” katanya.
Ia menegaskan bahwa sebagai kepala daerah, ia merasa bertanggung jawab untuk melindungi warganya.
Ia juga meminta masyarakat lebih waspada terhadap layanan yang belum jelas keabsahan hukumnya.
“Kami akan terus pantau dan koordinasi dengan pemerintah pusat agar warga terhindar dari uji coba teknologi yang belum jelas manfaat dan keamanannya,” ujarnya.
Merespons situasi ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) telah membekukan sementara tanda daftar penyelenggara sistem elektronik Worldcoin dan WorldID.
“Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat,” kata Dirjen Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar, dalam pernyataan tertulis, Minggu.
Kemkomdigi mengungkapkan, PT Terang Bulan Abadi, operator WorldID, belum memiliki Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) resmi, dan layanan Worldcoin didaftarkan atas nama badan hukum lain, yakni PT Sandina Abadi Nusantara.
Hal ini melanggar peraturan penyelenggaraan sistem elektronik di Indonesia.
“Ketidakpatuhan terhadap kewajiban pendaftaran dan penggunaan identitas badan hukum lain untuk menjalankan layanan digital merupakan pelanggaran serius,” kata Alexander.
(Reporter: Achmad Nasrudin Yahya, Lidia Pratama Febrian | Editor: Faieq Hidayat, Akhdi Martin Pratama)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.