Pengangguran di DKI Naik per Februari 2025, Terbanyak Lulusan SMK/SMA Megapolitan 5 Mei 2025

Pengangguran di DKI Naik per Februari 2025, Terbanyak Lulusan SMK/SMA
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Mei 2025

Pengangguran di DKI Naik per Februari 2025, Terbanyak Lulusan SMK/SMA
Penulis
JAKARTA, KOMPAS.com – 
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta baru saja merilis laporan terbaru mengenai keadaan ketenagakerjaan per Februari 2025.
Meskipun jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja mengalami peningkatan, data menunjukkan bahwa angka
pengangguran
di ibu kota justru turut meningkat.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah angkatan kerja DKI Jakarta pada Februari 2025 mencapai 5,47 juta orang, meningkat sekitar 41 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 5,14 juta orang tercatat bekerja, sementara 338,39 ribu orang masuk dalam kategori pengangguran.
Meski jumlah penduduk bekerja naik 30 ribu orang dibanding tahun lalu, jumlah pengangguran juga naik sekitar 10 ribu orang.
Hal ini menunjukkan, bahwa bertambahnya lapangan kerja belum mampu menampung seluruh pertambahan angkatan kerja yang ada.
Pengangguran Naik, Angkatan Kerja Laki-Laki Lebih Terimbas
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) DKI Jakarta pada Februari 2025 tercatat sebesar 6,18 persen, naik 0,15 persen poin dari Februari 2024.
Data ini berarti dari setiap 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 6 orang yang tidak memiliki pekerjaan.
Secara gender, TPT laki-laki mencapai 6,77 persen, lebih tinggi dari TPT perempuan sebesar 5,29 persen.
Kenaikan TPT laki-laki sebesar 0,64 persen poin menunjukkan bahwa kelompok ini lebih terdampak dibandingkan perempuan, yang justru mengalami penurunan pengangguran sebesar 0,58 persen poin.
SMK Jadi Kelompok dengan Pengangguran Tertinggi
Jika ditinjau berdasarkan jenjang pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kembali menjadi kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi, yakni 9,07 persen.
Tingkat pengangguran bagi angkatan kerja lulus SMK ini selalu menjadi yang tertinggi sejak dua tahun terakhir.
Sebaliknya, tingkat pengangguran terendah tercatat pada lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu sebesar 3,00 persen.
Dari data ini menandakan, bahwa terdapat ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan SMK dengan kebutuhan pasar kerja, meskipun sekolah kejuruan seharusnya dirancang untuk mempersiapkan siswa masuk langsung ke dunia kerja.
Secara keseluruhan, distribusi pengangguran berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (
SMA
/SMK) menjadi kelompok paling dominan, mencapai 38,61 persen dari total pengangguran pada Februari 2025.
Di sisi lain, lulusan Diploma I/II/III dan SD ke bawah tercatat memiliki porsi pengangguran terendah, masing-masing sebesar 2,05 persen dan 7,51 persen.
Kenaikan angka pengangguran di tengah naiknya jumlah angkatan kerja menunjukkan, bahwa pasar tenaga kerja di DKI Jakarta belum sepenuhnya adaptif terhadap pertumbuhan penduduk produktif.
Dominasi pengangguran oleh lulusan SMK dan SMA menandakan bahwa kurikulum dan pelatihan kerja untuk lulusan tersebut masih perlu disesuaikan dengan kebutuhan industri.
Untuk mengatasi tantangan ini, kebijakan ketenagakerjaan yang lebih terintegrasi antara dunia pendidikan dan sektor industri menjadi hal yang perlu disoroti oleh Pemprov DKI Jakarta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.