Dijelaskan bahwa skema murur akan dilaksanakan di Muzdalifah setelah wukuf di Arafah. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, jemaah dengan skema ini akan melewati Muzdalifah tanpa turun dari bus dan langsung menuju Mina.
“Para jemaah akan diberangkatkan dari Arafah setelah melaksanakan salat Maghrib. Dengan begitu, perjalanan menuju Mina menjadi lebih efisien karena di Muzdalifah tanpa turun dari bus,” katanya.
Sementara itu, skema tanazul memberikan opsi bagi jemaah yang tinggal di hotel dekat area Jamarat untuk kembali ke hotel mereka setelah melempar jumrah aqabah, tanpa harus menempati tenda di Mina.
“Dengan demikian, jemaah tidak perlu menempati tenda di Mina, namun tetap menjalankan kewajiban bermalam sesuai ketentuan,” kata Fikri.
Ia berpesan kepada seluruh petugas haji untuk terus menyosialisasikan kedua skema ini sebagai salah satu kemudahan yang dihadirkan pemerintah bagi jemaah Indonesia.
Selain skema baru, perhatian juga diberikan pada peningkatan layanan. Informasi dari pimpinan Komisi VIII memastikan bahwa katering untuk jemaah bercita rasa Indonesia.
Menu akan bervariasi selama 10 hari pertama, bahkan resepnya dikirim langsung dari Indonesia, membuat jemaah merasa senang dengan masakan yang familiar.
Fasilitas bus sholawat yang beroperasi 24 jam dengan sopir asal Indonesia juga sudah disiapkan, diharapkan membuat jemaah lebih nyaman dalam mobilitas mereka di Tanah Suci.
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-gray-landscape-new.png,45,600,0)/kly-media-production/medias/5207930/original/081038800_1746291057-IMG-20250502-WA0024.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)