Pasola digelar di padang luas dengan ratusan peserta dari dua kelompok berbeda. Mereka menggunakan lembing kayu beringin yang ujungnya diruncingkan namun tetap tumpul untuk mengurangi risiko fatal.
Meski begitu, cedera serius kerap terjadi. Para peserta menunggang kuda dengan lincah sambil melempar lembing ke arah lawan.
Keahlian menghindar dan ketangkasan berkuda menjadi kunci utama. Suara derap kuda, teriakan penunggang, dan sorak penonton memenuhi udara saat pasola berlangsung.
Para perempuan bersorak memberi semangat, sementara penonton lokal maupun wisatawan menyaksikan. Darah yang menetes dianggap sebagai bagian dari ritual, bukan sekadar luka biasa.
Pasola digelar setahun sekali antara Februari hingga Maret, bergilir di beberapa kecamatan di Sumba Barat. Tradisi ini menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menyaksikan langsung kekayaan budaya Sumba.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3448455/original/039816800_1620191270-H-rumah_adat.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)