5 Alat Musik Betawi Ini Ternyata Lahir dari Akulturasi Budaya

5 Alat Musik Betawi Ini Ternyata Lahir dari Akulturasi Budaya

Liputan6.com, Jakarta – Alat musik tradisional menjadi salah satu identitas budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia. Di Betawi, terdapat ragam alat musik tradisional yang ternyata lahir dari akulturasi budaya lain.

Hal ini berkaitan dengan kekayaan kebudayaan Betawi yang tak terlepas dari budaya lain yang masuk sebagai pendatang, seperti Sunda, Melayu, Arab, dan Cina. Akulturasi budaya Betawi dengan budaya lain pun melahirkan ragam baru, termasuk alat musik. Mengutip dari laman Seni & Budaya Indonesia, berikut alat musik Betawi yang lahir dari akulturasi budaya lain:

1. Gambang kromong


Gambang kromong merupakan alat musik unik khas Betawi yang memadukan beberapa alat musik, seperti kempul, gong, gambang, rebab, gendang, gender, dan bonang. Alat musik ini ternyata mendapat pengaruh akulturasi dari budaya Tionghoa.

Konon, perpaduan ini tercetus ketika pemimpin komunitas Tionghoa, Nie Hoe Kong, membawa alat musiknya pada abad ke-18. Gambang kromong biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu bernuansa humoris, sindiran, hingga keceriaan, seperti Jali-jali, Sirih Kuning, dan Lenggang Kangkung.

Hingga kini, gambang kromong masih tetap eksis di tengah-tengah masyarakat Betawi. Masa sekarang, alat musik tradisional ini digunakan untuk mengiringi lenong serta tarian khas Betawi.

2. Gambus

Alat musik Betawi yang satu ini kerap dimainkan sebagai sarana dakwah. Adalah gambus yang perlahan berkembang menjadi pengiring acara-acara khitanan maupun pernikahan.

Dalam keperluan hiburan, gambus biasa dimainkan untuk mengiringi tari zapin. Dalam tarian zapin, alat musik ini biasa disebut sebagai orkes gambus. Musik gambus juga dikenal dengan sebutan irama padang pasir dan kerap dipadukan dengan alat musik gendang.

Konon, gambus lahir dari akulturasi budaya Betawi dan Arab. Pada abad ke 19, budaya Arab masuk ke Nusantara dan memengaruhi alat musik ini.