Lapangan dan Empang Itu Kini Berubah Jadi Gunung Sampah… Megapolitan 1 Mei 2025

Lapangan dan Empang Itu Kini Berubah Jadi Gunung Sampah…
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Mei 2025

Lapangan dan Empang Itu Kini Berubah Jadi Gunung Sampah…
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Gunungan sampah di Jalan Reformasi, Rawa Malang, Cilincing, Jakarta Utara, dibiarkan begitu saja bertahun-tahun.
Menurut sejumlah warga, tumpukan sampah itu sudah mulai ada sejak 10 tahun ke belakang.
“Sudah lama jadi tempat sampah, dari saya masih belum menikah, sampai sekarang punya anak tiga. Sekitar tahun 2015 mulai banyak sampah yang menumpuk,” ujar warga bernama Tony (bukan nama sebenarnya) (37) saat diwawancarai
Kompas.com
di lokasi, Rabu (30/4/2025).
Awalnya, lahan tumpukan sampah tersebut merupakan lapangan bola dan empang.
Namun, lambat laun, lapangan dan empang tersebut justru dipenuhi dengan sampah hingga menggunung seperti sekarang ini.
Pengamatan
Kompas.com
di lokasi,
gunung sampah
itu kini sudah mencapai 10 meter dan melebihi atap rumah warga.
Sejumlah warga menyebut gunungan sampah itu bukan milik warga sekitar.
Melainkan sampah kiriman dari restoran dan mal yang ada di Jakarta.
“Kalau sampah warga mah enggak ada, justru sampah kiriman. Paling sampah warga sedikit doang. Sampah dari mobil. Itu sampah dari resto-restoran mungkin, buang di situ,” jelas Tony.
Sampah-sampah itu dibiarkan menumpuk begitu saja.
Alhasil, sampah terus bertambah dan semakin menggunung hingga saat ini.
Lahan yang dipenuhi tumpukan sampah itu diduga dikelola oleh salah satu warga.
Warga tersebut pun menerima bayaran dari pihak mal dan restoran agar bisa membuang sampah di tempat itu.
“Ada pengelolanya warga sekitar,” ujar salah satu warga bernama Rudi (bukan nama sebenarnya) (74) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Rabu.
Sedangkan warga lain bernama Yuniar (bukan nama sebenarnya) (54) menyebut oknum tersebut dilindung oleh salah satu orang yang memiliki kuasa.
Hal itu lah, yang diduga membuat tumpukan sampah masih terus menggunung di Jalan Reformasi hingga kini.
Terus menumpuk selama 10 tahun, membuat warga tak lagi tahan dengan bau sampah tersebut.
Menurut sejumlah warga, aroma sampah itu akan semakin menyengat ketika hujan dan malam tiba.
Yuniar mengatakan, sebenarnya masalah tumpukan sampah itu sudah berkali-kali diprotes oleh warga.
“Soalnya, dulu udah banyak yang demo, tapi enggak bisa juga. Warga dari seberang kan kebauan,” ucap Yuniar.
Protes warga tak digubris karena pengelola lahan tersebut dibeking seseorang.
Hal itu lah yang membuat warga yang berdemo lelah sendiri dan akhirnya menyerah begitu saja.
Aroma sampah yang menyengat tentu saja berpotensi menganggu kesehatan anak-anak di sekitar Rawa Malang.
Menurut Yuniar, banyak anak yang sesak napas imbas mengirup aroma sampah itu.
“Kalau anak-anak suka batuk, pilek, sesak napas, tapi udah biasa sih,” ujar Yuniar.
Bahkan, ia sendiri sering batuk dan pilek.
Namun, karena sudah terbiasa dengan aroma sampah, ia hanya bisa pasrah.
“Enggak sudah biasa, jadi sudah berserah aja. Kalau misal kita sakit batuk atau apa, ya, udah kita berobat aja,” jelas Yuniar.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.