Perempuan Jadi Target Industri Pinjol karena Dinilai Lebih Konsumtif Megapolitan 30 April 2025

Perempuan Jadi Target Industri Pinjol karena Dinilai Lebih Konsumtif
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 April 2025

Perempuan Jadi Target Industri Pinjol karena Dinilai Lebih Konsumtif
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com
– Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rakhmat Hidayat menyebut, perempuan menjadi target utama pasar layanan pinjaman 
online 
(
pinjol
).
Pasalnya, dibanding laki-laki, tingkat konsumsi perempuan lebih tinggi. 
“Secara global perempuan adalah target pasar konsumsi yang paling menggiurkan. Makanya kalau kita lihat banyak
brand-brand
global yang menyasar ke perempuan dibandingkan laki-laki,” ujar Rakhmat saat diwawancarai
Kompas.com
, Selasa (29/4/2025).
Menurut Rakhmat, perempuan memiliki kebutuhan konsumsi yang beragam, mulai dari perawatan tubuh, kecantikan, hingga kebutuhan rumah tangga.
Situasi ini kerap mendorong perempuan mengambil jalan pintas lewat pinjaman digital atau pinjaman
online
 ketika pemasukan tidak mencukupi.
“Pola konsumsi yang tinggi ini bersinggungan dengan rendahnya literasi keuangan. Banyak perempuan belum sepenuhnya memahami rrsiko jangka panjang dari pinjol,” kata dia.
Rakhmat menambahkan, perempuan dari berbagai latar belakang sosial memiliki kerentanan yang sama.
Di kelas bawah, pinjol kerap dijadikan solusi atas tekanan ekonomi rumah tangga. Sementara, di kalangan menengah, dorongan gaya hidup yang dibentuk oleh media sosial juga turut memengaruhi keputusan berutang.
“Perempuan kelas menengah misalnya, sering terdorong oleh gaya hidup yang glamor di media sosial. Ketika pendapatan tidak mencukupi, pinjol dianggap sebagai solusi instan,” jelas dia.
Selain itu, Rakhmat menyebut perempuan lebih mudah terpengaruh oleh iklan dan iming-iming karena sifat sosial yang kuat dalam komunitas.
Hal ini yang kemudian menjadi celah untuk mempromosikan produk konsumtif dan pinjol.
“Mereka punya
circle
sosial yang erat, dan sering kali keputusan konsumsi dipengaruhi oleh lingkungan,” kata dia.
Rakhmat pun mengingatkan pentingnya peningkatan literasi finansial berbasis gender dan pendekatan sosiologis dalam mengatasi persoalan pinjol.
“Selama perempuan terus dijadikan objek pasar oleh kapitalisme digital tanpa edukasi yang kuat, potensi jeratan pinjol akan terus meningkat,” jelas dia.
Adapun data Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, 1.081 orang menjadi korban
pinjol ilegal
sepanjang Januari hingga 31 Maret 2025.
Mayoritas korban merupakan perempuan, yakni 657 orang atau sekitar 61 persen. Sedangkan 424 korban lainnya adalah laki-laki, setara dengan 39 persen dari total kasus.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.