Kasus DBD Meningkat Drastis di Bone Bolango, Suwawa Tengah Jadi Episentrum Makassar 25 April 2025

Kasus DBD Meningkat Drastis di Bone Bolango, Suwawa Tengah Jadi Episentrum
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        25 April 2025

Kasus DBD Meningkat Drastis di Bone Bolango, Suwawa Tengah Jadi Episentrum
Tim Redaksi
GORONTALO, KOMPAS.com –
Kasus penyakit
Demam Berdarah
Dengue (DBD) mengalami peningkatan signifikan di Kabupaten
Bone Bolango
pada awal tahun 2025.
Sebaran kasus ini merata di 16 kecamatan dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di Kecamatan Suwawa Tengah dengan 12 kasus, Kabila 7 kasus, Bulango Utara dan Tilongkabila 6 kasus.
Suwawa Tengah menjadi episentrum dengan Desa Lombongo mencatatkan 10 kasus, termasuk klaster keluarga di Popodu Kecamatan Bulango Timur sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan jenis kelamin
kasus DBD
pada perempuan sebanyak 31 orang atau 50,82 persen dan laki-laki 30 orang atau 49,18 persen. Dari 61 kasus terdapat 1 orang meninggal dunia.
Berdasarkan laporan penyelidikan epidemiologi (PE) DBD tahun 2025 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 61 kasus yang tersebar di sejumlah wilayah.
Puluhan warga dilaporkan terinfeksi, menunjukkan gejala khas seperti demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah dan nyeri otot.
Kondisi ini mengharuskan sejumlah pasien menjalani perawatan intensif di Puskesmas dan beberapa rumah sakit, di antaranya rumah sakit Toto Kabila, RSIA Siti Khadijah, Rumah Sakit Multazam, Rumah Sakit Bunda dan Rumah Sakit Aloei Saboe.
Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo
Shintia Rivai mengungkapkan faktor lingkungan dan perilaku sebagai penyebab utama lonjakan kasus ini.
Penumpukan sampah di pemukiman, selokan yang tergenang, dan tempat penampungan air yang tidak tertutup menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD.
Menyikapi situasi ini Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan Bone Bolango, dan Puskesmas bergerak cepat untuk melakukan langkah-langkah antisipasi. Upaya advokasi dilakukan kepada kepala desa untuk menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan membentuk kader pemantau jentik di tingkat komunitas.
“Kami mendorong Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelaporan dan surveilans kasus, serta mengedukasi masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),” kata Shintia Rivai, Rabu (23/4/2025) .
Meskipun berbagai upaya edukasi telah dilakukan, perubahan perilaku masyarakat masih minim, sehingga efektivitasnya belum optimal.
Dinas Kesehatan menekankan pentingnya kolaborasi antara petugas kesehatan dan warga untuk mempercepat penanganan DBD.
Masyarakat diimbau untuk berperan aktif dalam membersihkan lingkungan, melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), mengubur atau mendaur ulang barang bekas, dan menutup rapat tempat penampungan air.
“Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengendalikan penyebaran DBD dan mencegah meluasnya penyakit ke wilayah lain,” kata Shintia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.