Cianjur, Beritasatu.com – Meskipun Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) saat ini tengah ditutup untuk aktivitas pendakian, kondisi lapangan justru menunjukkan situasi yang memprihatinkan. Sampah masih ditemukan berserakan di jalur pendakian hingga ke kawasan taman nasional, yang diduga kuat merupakan sisa aktivitas pendaki ilegal.
Berdasarkan pantauan sejumlah relawan, mayoritas sampah yang ditemukan berupa plastik, terutama botol air mineral. Jenis sampah ini dikenal sulit terurai dan berisiko merusak ekosistem pegunungan dalam jangka panjang.
Relawan lingkungan dari komunitas Volunteer Raindeward1819, Andri Gunawan mengungkapkan keprihatinannya terhadap maraknya pendakian ilegal selama masa penutupan resmi.
Ia pun menyayangkan masih adanya oknum yang nekat masuk melalui jalur tidak resmi dan meninggalkan sampah di sepanjang jalur pendakian.
“Ini sangat disayangkan. Jalur resmi sudah ditutup, tetapi masih ada yang nekat masuk lewat jalur ilegal. Akibatnya, sampah berserakan dari jalur pendakian hingga kawasan taman nasional,” ujarnya, Jumat (18/4/2025).
Andri menambahkan, berdasarkan penelitian, sampah plastik dapat bertahan di alam lebih dari 50 tahun, bahkan botol plastik bisa membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk terurai secara alami.
Fakta ini mendorong komunitasnya untuk melakukan operasi pembersihan sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian gunung.
Menanggapi situasi tersebut, Kepala Balai Besar TNGGP, Adhi Nurul Hadi, menjelaskan bahwa pihaknya tengah melaksanakan operasi bersih-bersih di tiga jalur utama pendakian, yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Salabintana.
“Kegiatan ini merupakan inisiatif bersama antara Balai Besar TNGGP dan mitra relawan seperti Volunteer Raindeward1819, Mountana, GPO, serta relawan lainnya yang peduli terhadap kelestarian Gunung Gede Pangrango,” kata Adhi.
Ia menambahkan, kegiatan pembersihan ini didasari oleh temuan lapangan yang menunjukkan banyak titik di jalur pendakian dan area perkemahan yang dipenuhi sampah, terutama sampah plastik.
