TRIBUNJATENG.COM, KENDAL – Bupati Kendal Dyah Kartika Permanasari meminta agar masyarakat terus menjaga dan melestarikan tradisi syawalan Kaliwungu.
Peringatan syawalan yang digelar setiap tahun sepekan setelah Idulfitri ini, berlangsung dengan penuh khidmat dan meriah.
Tak hanya menjadi ajang silaturahmi bagi warga, syawalan juga merupakan bentuk penghormatan terhadap ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kaliwungu.
“Perjuangan dakwah mereka patut kita teladani, dan semoga tradisi ini terus terjaga dan dilestarikan demi mempererat hubungan kita dengan para ulama,” kata bupati, Sabtu (12/4/2025).
Dia menambahkan, syawalan Kaliwungu dipusatkan di kompleks pemakaman Jabal Nur Desa Protomulyo.
Di sana terdapat beberapa makam wali, di antaranya KH Asy’ari atau Kyai Guru, Sunan Katong, Wali Musyafa, Kyai Mojo, dan Kyai Musyafak.
“KH Asy’ari adalah pribadi yang sederhana namun kharismatik. Beliau juga merupakan pendiri Masjid Agung Kaliwungu, yang hingga kini menjadi simbol perjuangan dakwah beliau,”
“Kemudian juga di sini ada beberapa makam wali yang berperan besar dalam menyebarkan ajaran islam di Kendal.” sambungnya.
Bupati Dyah Kartika juga berpesan agar masyarakat senantiasa menghormati para ulama yang masih hidup, yakni dengan mengambil ilmu dari mereka dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Kita harus bersama-sama menjaga dan merawat tradisi syawalan ini, dengan memperkuat kerja sama dan kebersamaan antara semua pihak agar kegiatan ini tetap berjalan dengan lancar dan kondusif,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Apik Kaliwungu, KH Sholahudin Humaidullah, menjelaskan bahwa syawalan bukan hanya sekedar mengenang, melainkan juga untuk menanamkan nilai-nilai keteladanan kepada generasi mendatang.
“Jika kita tidak mengingat dan merayakan peringatan haul tokoh besar seperti Kyai Guru, generasi selanjutnya akan kehilangan sosok teladan yang dapat mereka contoh,” jelasnya. (ags)
