Mengenal Lebih Dekat Dodol Ny Lauw, Dodol Khas Kota Tangerang
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Belum juga menjejak lantai pabrik, aroma kelapa segar sudah menyambut. Di halaman depan, para pekerja tampak sigap mengupas kelapa satu per satu. Tumpukan nyiur yang berserakan seolah menjadi pembuka kisah tentang roda produksi yang menggerakkan bisnis berskala besar ini.
Begitu melangkah masuk ke pabrik, para pekerja tak hanya mengolah kelapa. Ritme kerja jauh lebih sibuk lagi, ratusan karyawan berbagi tugas.
Ada yang mengaduk santan dan
dodol
dalam kuali besar, yang lainnya sibuk menjaga kayu bakar di bawah jejeran oven raksasa.
Saat tutup oven diangkat tujuh pria kekar karena sangat berat, kepulan asap tebal langsung memenuhi seisi ruangan.
Di dalamnya, ratusan kilogram (kg) kue keranjang legendaris yang cepat habis jelang Tahun Baru
Imlek
tampak menggoda.
“Kalau mau Imlek, sehari bisa 500 kg dodol habis. Kue keranjangnya 1 ton (terjual) per hari,” ujar pemilik usaha
Dodol
Ny Lauw-Lauw Kim Wie, Winawati.
Perempuan yang akrab disapa Ci Lin itu menyebutkan, rumah produksinya hanya membuat kue keranjang setahun sekali, yakni pada momentum Imlek hingga jelang perayaan Cap Go Meh.
Pelanggan Ny Lauw yang menjamur hingga ke luar kota menjadi alasan utama produksi besar-besaran kue khas China tersebut.
Tak hanya perorangan, wihara sekitar juga memesan kue keranjang ke Ny Lauw untuk perayaan Imlek.
Biasanya, sejak sebulan jelang Imlek pesanan sudah mulai datang, begitu pula dengan tenaga tambahan yang jauh-jauh datang untuk membantu.
Bisnis kue legendaris itu dibangun Lauw Su Lim yang tinggal di Tangerang sejak 1960, tepatnya di Jalan Pintu Air Timur Bouraq, Neglasari, Kota Tangerang, gang samping bangunan nomor 59.
Suami Ci Lin, Lauw Kim Tay adalah cucu sang pendiri yang sejak kecil kerap membantu kakeknya mengaduk dodol dan membuat adonan kue keranjang.
“Dulu suami saya setiap pulang sekolah bantu kakeknya mengaduk (adonan). Sehari cuma 10 sampai 15 kg saja waktu itu,” beber Ci Lin.
Dirinya memastikan, warisan tiga generasi tetap terjaga di tangannya. Tak hanya resep dan cita rasa yang legendaris, budaya para pekerja yang datang ramai-ramai jelang Imlek juga terus dilanjutkan.
“Sebenarnya kami bisa ganti karyawan pakai mesin modern, tetapi kasihan mereka. Karyawan saya itu turun-temurun juga dari bapak atau kakek neneknya. Mereka sudah terbiasa setiap mau Imlek pasti datang ramai-ramai buat aduk dodol di sini,” bebernya.
Di samping omzet fantastis yang didapatnya setiap Tahun Baru Imlek, Ci Lin ingin berbagi rezeki dengan mempertahankan lapangan kerja yang terbuka lebar di pabriknya.
Hal itu terlihat dari ratusan karyawan yang mulai dari pengolahan bahan, pembuatan produk, hingga pengemasan untuk dipasarkan, berkumpul untuk menjual oleh-oleh legendaris khas Kota Tangerang, dengan cita rasa yang tak pernah berubah selama lebih dari 60 tahun berdiri itu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Mengenal Lebih Dekat Dodol Ny Lauw, Dodol Khas Kota Tangerang Megapolitan 9 April 2025
/data/photo/2025/04/09/67f616b2cffbd.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)