PIKIRAN RAKYAT – Seorang juru bicara dari pekerja penyelamat darurat Gaza menyeru masyarakat internasional agar seluruhnya segera turun tangan menghentikan pasukan Israel yang kian bengis membunuh warga Palestina.
Kepada Al Jazeera, ia menegaskan bahwa perang ini sejatinya adalah momentum pembantaian bagi utamanya kaum perempuan dan anak-anak. Mereka dibunuh tanpa ampun dan rasa bersalah.
“Apa yang terjadi di sini adalah panggilan bangun untuk seluruh dunia. Perang ini dan pembantaian terhadap perempuan dan anak-anak harus dihentikan segera. Anak-anak dibunuh dengan darah dingin di sini, di Gaza,” katanya, dikutip Jumat,4 April 2025.
Sumber medis mengungkapkan, setidaknya 112 orang telah tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Kamis pagi, 3 April 2025. 71 orang di antaranya tewas di Kota Gaza dan sejumlah lainnya tewas di kota Khan Younis di selatan.
Di Kota Gaza, 21 jenazah dibawa ke Rumah Sakit Arab al-Ahli, termasuk tujuh jenazah anak-anak.
Pejabat di Khan Younis mengatakan bahwa jenazah 14 orang telah dibawa ke Rumah Sakit Nasser, sembilan di antaranya berasal satu keluarga yang sama. Di antara mereka yang tewas terdapat lima anak-anak dan empat perempuan.
Jenazah 19 orang lainnya, termasuk lima anak-anak berusia satu hingga tujuh tahun dan seorang wanita hamil, dibawa ke Rumah Sakit Gaza Eropa di dekat Khan Younis. Demikian laporan pejabat rumah sakit.
Kantor Media Pemerintah memperingatkan bahwa tim Pertahanan Sipil semakin kesulitan untuk mengangkat orang-orang dari bawah reruntuhan tanpa peralatan dan kendaraan yang memadai, sementara sektor kesehatan sedang runtuh.
Israel telah memberlakukan pengepungan total selama sebulan di Gaza, menutup akses lintasan vital dan melarang masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, bahan bakar, dan pasokan medis, meninggalkan warga Palestina di Gaza dengan kelaparan akut dan memperburuk bencana kemanusiaan yang makin hari makin tak manusiawi.
Warga Setiap Jam Harus Berpindah Tempat Mengungsi
Ratusan ribu keluarga yang melarikan diri mencari tempat penampungan dalam salah satu pengungsian terbesar di Gaza, Kamis, 3 April 2025. Tepatnya saat pasukan Israel maju ke reruntuhan kota Gaza paling selatan, Rafah, yakni “zona aman” baru yang lagi-lagi palsu.
Serangan Israel guna merebut Rafah adalah eskalasi besar dalam perang, setelah Zionis melanggar gencatan senjata dengan Hamas pada 18 Maret 2025, dan melanjutkan serangan terhadap Gaza.
Pasukan Israel pada Kamis maju ke kota tersebut, yang telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi sipil pengungsi dari daerah lain sejak 2023 silam.
“Rafah sudah hancur. Itu sedang dibinasakan. Mereka merobohkan sisa-sisa rumah dan properti yang masih berdiri,” kata seorang ayah dengan tujuh anak kepada Reuters.
Ia termasuk di antara ratusan ribu orang yang telah melarikan diri dari Rafah ke Khan Younis terdekat.
Secara terpisah, militer Israel pada Kamis mengeluarkan perintah baru kepada warga di bagian tengah Gaza, meminta mereka untuk bergerak ke barat menuju Kota Gaza sebab mereka akan mengeluarkan ‘kekuatan ektreme’ di sana.
Banyak warga Palestina yang meninggalkan area sasaran itu, berjalan kaki sambil membawa barang-barang mereka di punggung dan atau via kereta keledai.
“Saya dan istri sudah berjalan selama tiga jam, hanya menempuh jarak 1 km. Saya sekarang mencari tempat penampungan setiap jam, bukan setiap hari,” kata Mohammad Ermana (72) kepada agen berita The Associated Press.
Ia dan istrinya, yang saling berpegangan tangan, masing-masing berjalan menggunakan tongkat. ***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
