Cerita Pemudik 6 Kali Pindah Transportasi Umum dari Surabaya ke Semarang…
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Diperkirakan sekitar 20 juta orang akan memasuki
Jawa Tengah
selama masa
mudik Lebaran 2025
.
Meskipun puluhan ribu perantau di wilayah Jakarta dan sekitarnya mendapatkan
fasilitas mudik gratis
dari pemerintah dan perusahaan swasta, tidak semua daerah menyediakan fasilitas tersebut untuk seluruh perantau.
Sebagian besar warga Jawa Tengah diharuskan merencanakan mudik jauh hari sebelumnya untuk mendapatkan harga transportasi yang terjangkau.
Dalam wawancara dengan
Kompas.com,
Athoul Ghufron (29), seorang pegawai swasta di
Surabaya
, mengungkapkan rencananya untuk pulang kampung ke
Kabupaten Semarang
.
Ia telah memesan tiket kereta api sebelum Ramadhan untuk memastikan mendapatkan kursi di Kereta Api Ambarawa yang menuju Stasiun Semarang Tawang.
“Dari kos naik feedernya Surabaya dia wira-wiri (bolak-balik) kaya Jaklingko gitu, udah bisa masuk Stasiun Pasar Turi. Jadi lebih enak ndak usah jalan dari jalan raya,” tuturnya melalui pesan singkat pada Jumat (28/3/2025) malam.
Athoul merasa senang bisa mengakses
transportasi umum
dengan mudah, sehingga ia dapat menghemat ongkos mudik.
“Integrasinya bagus, sama Surabaya Bus dan Trans Semanggi. Bayar sekali, terusan ke 3 moda selama 2 jam,” lanjutnya.
Setibanya di Stasiun Tawang Semarang sekitar pukul 17.00 WIB, ia langsung menuju halte Trans Jateng untuk melanjutkan perjalanan ke Terminal Bawen Kabupaten Semarang.
Meskipun harus berganti moda transportasi, Athoul melakukannya demi efisiensi ongkos mudik.
Ongkos Trans Jateng hanya Rp4.000 per penumpang umum untuk semua tujuan.
Beruntung, armada cukup luang sehingga Athoul tidak harus berdiri dalam perjalanan ke Terminal Bawen yang memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Namun, ia mengaku terkejut dengan kecepatan sopir armada Trans Jateng yang sangat mengebut. “Biasa naik Surabaya Bus atau Transemanggi aku cukup culture shock ya. Ini tadi ada halte yang karena telat ngerem jadi kelewatan,” bebernya.
Meskipun tiba di Terminal Bawen dengan selamat, perjalanan Athoul menuju kampung halaman belum berakhir.
Ia masih harus berganti moda transportasi terakhir dengan menaiki minibus milik swasta yang dibanderol sekitar Rp10.000.
Perjalanan menuju tempat tinggalnya di Sruwen, Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Boyolali masih memakan waktu sekitar 45 menit.
Athoul berharap agar akses Trans Jateng milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diperluas hingga memasuki Kota Salatiga.
“Andai Trans Jateng masuk Salatiga kan bisa hemat uang dan energi. Paling enggak sampai Terminal Tingkir Salatiga, jadi warga Salatiga bisa akses, dan warga Kabupaten Semarang arah Boyolali yang harus lewat Salatiga kaya saya lebih mudah pulang,” tandasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
7 Cerita Pemudik 6 Kali Pindah Transportasi Umum dari Surabaya ke Semarang… Regional
/data/photo/2025/03/28/67e6d10291bae.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)