Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
4 Beda Kobra dan King Kobra: Ciri Fisik, Habitat, dan Mana yang Lebih Mematikan? Surabaya – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

4 Beda Kobra dan King Kobra: Ciri Fisik, Habitat, dan Mana yang Lebih Mematikan? Surabaya

4
                    
                        Beda Kobra dan King Kobra: Ciri Fisik, Habitat, dan Mana yang Lebih Mematikan?
                        Surabaya

Beda Kobra dan King Kobra: Ciri Fisik, Habitat, dan Mana yang Lebih Mematikan?
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Ular
kobra jawa
dan
king kobra
merupakan jenis reptil yang membahayakan dan mengancam nyawa manusia.
Kehadiran mereka di permukiman warga tentu membuat was-was, terutama jika musim penghujan tiba, yakni musim telur ular menetas dan keluar dari sarangnya.
Kendati memiliki nama mirip dan sama-sama berbisa,
ular kobra
berbeda dengan king kobra.
Menurut pemerhati satwa liar, Boedi Setiawan, secara taksonomi, ular kobra jawa dan king kobra jelas berbeda.

King kobra
adalah anggota genus Ophiophagus, sedangkan ular kobra adalah anggota genus Naja,” kata pria yang akrab disapa Cak Boeseth itu kepada
Kompas.com
, Rabu (26/3/2025).
Perbedaan genus ini membuat ular kobra dan king kobra berbeda dalam klasifikasi ilmiah.
Berdasarkan ciri fisiknya, dia menyebut, king kobra merupakan ular panjang di dunia yang ukurannya bisa mencapai lima hingga enam meter.
“Sedangkan, kalau kobra jawa itu agak mirip dengan kobra sumatra, ukurannya hanya sekitar 2,8 sampai 3 meter,” katanya. 
Selain itu, pada struktur taring, kobra jawa memiliki dua lubang bisa. Lubang pertama digunakan ketika ular menggigit.
Lalu, lubang lainnya bermanfaat untuk melumpuhkan mangsa dengan cara menyemburkan bisa (
spitting
) ke arah wajah mangsa tanpa menggigit.
Sementara itu, king kobra tidak bisa menyemprotkan bisa. “Jadi, kalau ada kobra jawa, paling tidak jaga jarak lebih dari satu meter, apalagi saat bertatapan
face to face
, itu hati-hati terkena semprot bisanya karena berisiko kebutaan,” ujar pria yang juga merupakan dosen Divisi Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini.
Ular king kobra bisa bertahan hidup antara 15 sampai 20 tahun di habitat alam liar seperti hutan yang jauh dari wilayah manusia.
Berbeda dengan ular kobra jawa yang memiliki habitat yang dekat dengan lingkungan manusia, seperti persawahan, tegalan, ladang, dengan masa bertahan hidup antara lima hingga 10 tahun.
“Selama ada hutan, biasanya di situ ada king kobra, tapi kalau kobra jawa, karena habitatnya dekat dengan permukiman, jadi sering ada kasus ular masuk rumah warga,” ujarnya.
Menurut persebaran wilayahnya, kobra jawa dapat ditemukan di Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan Flores.
Sementara itu, king kobra sebaran wilayahnya berpusat di India, lalu menyebar ke daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Cak Boeseth menyampaikan, biasanya king kobra betina akan membangun sarang berbentuk gundukan dari tumpukan dedaunan kering atau pohon mati.
“Kalau kobra jawa, dia bikin rumahnya berupa lubang atau liang di tanah, tempat gelap, lembap, dan hangat karena dia suka tempat-tempat yang hangat,” ujarnya. 
Ia juga menyampaikan, kedua hewan berdarah dingin itu juga memiliki selera mangsa favorit yang berbeda.
King kobra disebut sebagai “raja” karena dapat menyantap ular lain yang memiliki kandungan bisa lebih lemah.
Adapun kobra jawa hanya memangsa hewan pengerat atau burung.
Hal tersebut berhubungan dengan jenis bisa yang terkandung di dalam kedua reptil itu.
King kobra memiliki kandungan racun
Ophiophagus hannah
yang merupakan salah satu racun ular paling mematikan sedunia.
Perbandingannya, kata Cak Boeseth, bisa ular king kobra dapat membunuh seekor gajah atau setara 20 orang manusia.
“Kalau kobra jawa, racunnya lebih lemah dan di Indonesia juga sudah ada antivenomnya. Tapi, kalau king kobra, penawarnya masih harus impor, sehingga butuh waktu yang lebih lama, jadi lebih mematikan,” ungkapnya.
Meskipun begitu, kedua hewan melata ini juga memiliki beberapa kesamaan, di antaranya
moulting
atau periode ganti kulit setiap 30 sampai 40 hari sekali.
Selain itu, ular kobra membutuhkan waktu reproduksi dua bulan untuk masa bertelur dan dua bulan berikutnya untuk masa menetas.
Adapun masa telur menetas biasanya terjadi saat musim penghujan antara bulan November hingga Januari.
“Karena tahun ini musim hujannya agak mundur sampai sekitar bulan Maret, jadi masih banyak ular kobra yang menetasnya terlambat. Makanya, banyak fenomena ular masuk rumah itu,” ucap pria yang juga berprofesi sebagai fotografer satwa liar itu.
Menurut Cak Boeseth, sejatinya manusia bukanlah target mangsa ular kobra.
Namun, mereka akan menyerang apabila merasa terancam sebagai teknik untuk mempertahankan diri.
“Jadi, kalau mereka misalnya tidak sengaja terinjak atau tersentuh manusia, mereka akan merasa terancam. Akhirnya, teknik
defense
yang biasanya dilakukan, ular kobra akan berdiri dan mengembangkan bagian leher atau tudungnya,” tuturnya.
“Makanya, kalau kobra jawa disebutnya juga sebagai ular sendok karena bentuknya kecil seperti sendok,” ujar dia. 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Merangkum Semua Peristiwa