Perang dan Kebutuhan Biologis, Fenomena Tentara Rusia Berselingkuh di Garis Depan Ukraina
TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia dan Ukraina menghadirkan sisi kelam lainnya dari cerita para personel militer yang terlibat.
Seperti dalam banyak cerita soal perang, kebutuhan prajurit di medan pertempuran bukan melulu soal cara bertahan hidup, amunisi, dan persenjataan.
Seks, kebutuhan biologis juga menjadi aspek krusial -kalau tak mau dibilang penting- agar moril pasukan tetap terjaga, terutama dalam perang menahun seperti konflik Rusia dan Ukraina ini.
Satu di antara fenomena yang muncul atas hal ini adalah maraknya perselingkuhan para personel tentara Rusia di garis depan, di wilayah pendudukan mereka di Ukraina.
Kontibutor berita, Angelina Trefilova, dalam ulasannya di TMT, menceritakan sejumlah pengakuan dari para istri tentara Rusia yang menyebut suami-suami mereka berselingkuh justru saat ditugaskan di garis depan.
Angelina menulis fenomena ini dari perspektif Yevgenia, seorang blogger dari kota resor Laut Hitam Sochi.
“Pria militer kini menjadi bendera merah bagi saya,” tulis Yevgenia di Instagram.
Pada tahun 2022, suami Yevgenia saat itu pergi berperang di Ukraina.
Setahun kemudian, ia mengetahui bahwa suaminya tidak setia.
Dia mengetahui perselingkuhan suaminya itu secara tidak sengaja ketika si selingkuhan secara tidak sengaja menambahkannya ke obrolan Telegram rahasia.
“Saat itu juga, dia menyadari bahwa nomor telepon wanita itu memiliki kode +949 — kode awalan panggilan untuk wilayah Donetsk yang diduduki (Rusia). Dengan menggunakan nomor tersebut, Yevgenia melacak profil media sosial wanita itu. Ketika dia melihat foto-foto wanita itu bersama suaminya, semua menjadi jelas,” tulis ulasan di TMT.
Yevgenia segera menggunakan Instagram — yang dilarang di Rusia — untuk membagikan kisahnya.
Videonya yang paling populer , di mana ia menceritakan bagaimana ia menemukan perselingkuhan suaminya, telah ditonton lebih dari 5 juta kali.
Menariknya, para wanita Rusia yang berstatus sebagai istri tentara yang bertugas digaris depan, secara cepat mengisi kolom komentar dengan pengalaman serupa mereka sendiri.
“Suami saya bertemu dengan ‘cinta sejatinya’ di sana dan sudah menikah,” tulis salah satu istri tentara dengan emoji menangis dan tertawa.
“Saya kira saya dan anak-anak saya hanya sekadar singgah,” tambahnya.
Di blognya, Yevgenia sekarang menawarkan saran tentang cara mengenali suami yang selingkuh di garis depan.
Dia juga menulis serangkaian narasi yang mengolok-olok perselingkuhan para prajurit Rusia.
“Selain itu, dia juga berbagi wawasan tentang psikologi dan merayakan kenyataan kalau para istri yang menduga suami tentaranya berselingkuh, tidak perlu lagi menunggu suami pulang dari perang,” kata laporan tersebut.
Yevgenia tidak sendirian. Rupanya, banyak wanita Rusia mengalami hal yang sama.
“Mengajukan gugatan cerai hari ini. Istri-istri tentara, tetaplah kuat,” tulis seorang wanita lain, yang dikenal sebagai Andreevna, dalam unggahan TikTok yang viral.
Video tersebut telah ditonton 81.000 kali dan blognya kini memiliki 51.000 pengikut.
Banyak istri tentara Rusia ini yang beralih ke grup VKontakte dan saluran Telegram — seperti yang bernama Overheard at the Special Military Operation — untuk berbagi cerita dan meminta nasihat.
Unggahan tentang perselingkuhan tentara juga muncul di platform populer Rusia untuk konseling psikologis.
Setelah mengetahui perselingkuhan suami mereka, para wanita menghadapi pilihan yang sulit: memaafkan dan mencoba untuk bangkit, atau mengajukan gugatan cerai.
Keputusan tersebut sering kali rumit karena adanya hal gono-gini berupa hipotek bersama, anak-anak, dan gaji tinggi personel militer, yang menjadi tumpuan banyak keluarga.
“Dia sendiri yang mengakui [perselingkuhannya], mengatakan itu adalah kesalahan. Saya merasa terpojok: di satu sisi, saya ingin bercerai karena pengkhianatan ini telah menghancurkan saya sepenuhnya. Namun di sisi lain — ada apartemen [yang digadaikan]. Jika kami berpisah, saya harus mencari cara untuk mengatasinya sendiri,” tulis seorang istri anggota militer Rusia.
“Saya menikah untuk kedua kalinya, dan saya ingin memberi tahu Anda — seorang istri adalah pewaris pertama,” kata Nastya, seorang blogger berusia 25 tahun dari Siberia.
Dia membaca kartu tarot untuk memprediksi nasib tentara Rusia dan berbagi cerita tentang wanita yang meminta petunjuk kepadanya.
Dia mengenakan biaya 2.000 rubel ($23) per pembacaan.
“Anda akan bercerai dan berakhir patah hati dan bangkrut,” ia memperingatkan para istri anggota militer Rusia.
Sebagai informasi, jika seorang prajurit Rusia meninggal di garis depan, jandanya akan menerima santunan sebesar 5,2 juta rubel ($60.758).
Istri prajurit Rusia yang hamil berhak atas tunjangan negara bulanan sebesar 39.000 rubel ($458) dan nantinya dapat menjamin penerimaan anak-anak mereka di universitas melalui kuota khusus negara .
Para ibu dari para wanita muda yang berhubungan dengan tentara Rusia juga mencari nasihat lewat obrolan daring.
“Saya melihat sendiri bagaimana keluarga berantakan dan bagaimana para suami dalam ‘operasi militer khusus’ memulai hubungan di belakang istri mereka. Sekarang saya khawatir dengan putri saya,” tulis ibu dari seorang gadis berusia 18 tahun yang baru-baru ini mulai berpacaran dengan seorang tentara.
Dalam komentar di bawah cerita tersebut, beberapa memberikan kata-kata dukungan, sementara yang lain meragukan sisi cerita para istri dan menyalahkan wanita Ukraina atas perselingkuhan suami mereka.
“Para istri, beri tahu saya — bagaimana kalian bisa tahu tentang perselingkuhan suami kalian saat dia bertugas? Bagaimana itu bisa terjadi jika mereka terus-menerus diserang?” tanya seorang pengguna anonim di grup VKontakte Overheard at the Special Military Operation.
Pekerja Seks di Wilayah Pendudukan
Sebagai informasi, Tentara Rusia yang menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia berhak atas cuti selama 30 hingga 60 hari per tahun, tergantung pada senioritas dan kondisi penempatan mereka.
“Namun, tidak semua dari mereka pulang ke rumah untuk bertemu keluarga mereka — sebagian tinggal di wilayah Ukraina yang diduduki untuk menghabiskan waktu dengan pekerja seks,” tulis liputan Angelina.
Situs web berita independen Vyorstka menemukan kalau permintaan layanan seks tinggi di antara pasukan Rusia di Donetsk, Luhansk, dan wilayah Ukraina yang diduduki (Rusia) lainnya.
Banyak tentara yang menemukan pekerja seks melalui Telegram, di mana grup seperti Dating in Donetsk dibanjiri tawaran dari germo dan pekerja seks. Upah rata-rata per jam adalah 15.000 rubel ($170).
“Kami punya wanita, kunjungan pribadi (ke lokasi Anda) dan apartemen yang tersedia,” tulis seorang wanita di grup Kencan di Donetsk.
Selain pekerjaan seks “tradisional”, obrolan Telegram ini juga menawarkan “layanan tambahan”, termasuk pijat erotis dan berciuman.
TENTARA RUSIA – Foto ini diambil pada Sabtu (15/3/2025) dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan tentara Rusia berjalan di Kursk, Rusia barat, setelah mereka memukul mundur pasukan Ukraina yang menduduki wilayah tersebut sejak Agustus tahun 2024. (Telegram Kementerian Pertahanan Rusia/Ruslan Sergeev)
Terapi Trauma Dampak Perang
Tentara lazimnya menggunakan seks sebagai mekanisme penanggulangan, kata psikolog Galina Petrakova kepada TMT.
“Dalam iklim toleransi yang meningkat terhadap kekerasan, yang tak pelak lagi didorong oleh perang, eksploitasi seksual atau layanan seks menjadi cara yang diterima dan tidak dikecam untuk mengatasi trauma,” kata Petrakova.
“Kami membuat rencana, memimpikan masa depan, dan sekarang semuanya ternyata bohong,” kata wanita lain yang mengetahui perselingkuhan tunangannya sebelum pernikahan mereka. “Semua impian kami hancur karena perang sialan ini.”
Istri tentara menggambarkan perselingkuhan sebagai titik balik hubungan mereka, tetapi dalam unggahan media sosial mereka, mereka jarang merenungkan perang itu sendiri.
“Cara seseorang menafsirkan perselingkuhan bergantung pada pola kognitif mereka. Penilaian seperti ‘dia pahlawan, dia melindungiku’ atau ‘dia tidak berada di garis depan, jadi tidak seburuk itu’ membantu mengatur emosi dengan lebih efektif,” kata psikolog Petrakova.
“Yang lainnya, seperti ‘dia mengkhianatiku’ atau ‘dia tidak mencintaiku lagi,’ mengintensifkan emosi dan membuatnya lebih sulit untuk diproses,” katanya.
Namun terkadang, emosi menang.
Pada bulan September, seorang istri anggota militer dari kota Nizhnevartovsk di Siberia barat mengirimkan karangan bunga pemakaman kepada suaminya di garis depan setelah mengetahui perselingkuhannya. Bersama karangan bunga tersebut, ia menyertakan celengan yang bertuliskan kata-kata: “Seburuk apa pun dirimu, tetaplah seperti itu.”
Tentara itu menuntut penyelidikan atas alasan istrinya, yang disebutnya “tidak stabil secara mental,” masih bekerja di bidang pendidikan.
Ia kemudian mengirim video dirinya membuka “hadiah” dari istrinya itu ke polisi.
Bagi sebagian orang, balas dendam dilakukan dengan memberikan karangan bunga pemakaman.
Sementara yang lain melakukannya dengan cara mendapatkan uang dari pengalaman menyakitkan mereka.
Yevgenia dari Sochi kini menjual konsultasi “Human Design” kepada wanita lain, menawarkan wawasan tentang tipe kepribadian, pola makan, dan “zona kerentanan” selama panggilan video selama satu jam. Ia mengenakan biaya 4.000 rubel ($46) per sesi.
“Ia juga menyediakan pelatihan pengembangan blog dengan harga yang sama, serta analisis kepribadian berdasarkan foto seharga 1.990 rubel ($23),” tulis laporan tersebut.
(oln/TMT/*)
