Jerit Pedagang Kala Riuh Pasar Tanah Abang Tinggal Kenangan: Pengunjung Ramai, Tapi Sepi Pembeli 

Jerit Pedagang Kala Riuh Pasar Tanah Abang Tinggal Kenangan: Pengunjung Ramai, Tapi Sepi Pembeli 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG – Riuh Pasar Tanah Abang yang biasa terlihat menjelang lebaran kini makin memudar, pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara itu kini tak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Bila biasanya ribuan pembeli berdesakan hingga berebut pakaian lebaran, kini pemandangan justru didominasi raut cemas para pedagang menunggu pembeli.

Teriakan antusias dari pembeli yang berebut baju terbaik untuk dikenakan di hari yang fitri pun kini berubah menjadi jeritan para penjual yang menawarkan dagangan mereka.

Sepinya pembeli menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah ini pun dikeluhkan sejumlah pedagang, seperti yang diungkapkan oleh Wawan (45).

“Sekarang masih santai, lebih ramai tahun lalu. Tahun ini pembeli turun kurang lebih 30 persen,” ucapnya saat ditemui TribunJakarta.com di kiosnya yang berada di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).

Menurunnya jumlah pembeli ini pun berdampak pada turunnya pendapatan para pedagang di Pasar Tanah Abang.

Bila tahun lalu mereka bisa mendapat omzet belasan hingga puluhan juta dalam sehari, kini rata-rata mereka hanya bisa membawa pulang Rp3 juta sampai Rp5 juta saja.

“Tahun lalu bisa dapet Rp15 juta sampai Rp20 juta. Sekarang paling Rp3 jutaan, kalau ramai paling Rp5 juta,” ujarnya.

Menurunnya pendapatan ini juga dikeluhkan oleh pedagang lainnya, Neneng (32) yang mengeluhkan pendapatannya menurun drastis.

“Kurang lebih menurun 50 persen,” kata dia.

Hal senada turut disampaikan Aswir (51) yang menyebut pengunjung sebenarnya cukup ramai, tapi hanya segelintir yang membeli barang dagangannya.

“Alhamdulillah tahun ini lumayan, tapi kalau dibanding tahun lalu sih jauh berkurang. Pengunjung sih hampir sama, tapi daya belinya turun,” tuturnya.

Bila dibandingkan tahun sebelumnya, Aswir mengaku pendapatanya merosot signifikan.

“Pendapatan menurun, sampai 50 persen lebih,” kata dia.

Para pedagang itu pun kini hanya bisa banyak-banyak berdoa supaya daya beli masyarakat bisa makin meningkat, sehingga dagangan mereka bisa laris manis di sisa bulan Ramadan tahun ini.

“Harapannya sih daya beli masyarakat meningkat, karena pengunjung sih ramai, tapi yang beli menurun,” tuturnya.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya