Jakarta, Beritasatu.com – Defisit anggaran menjadi isu penting dalam perekonomian Indonesia, terutama setelah laporan terbaru menunjukkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp 31,2 triliun pada Februari 2025.
Defisit ini merupakan kali pertama sejak 2021, di mana sebelumnya APBN tercatat surplus. Namun, apa itu defisit anggaran dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian serta masyarakat? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Defisit Anggaran?
Defisit anggaran adalah kondisi di mana pengeluaran pemerintah lebih besar dibandingkan penerimaan dalam satu periode anggaran. Defisit ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti penurunan pendapatan pajak, peningkatan belanja untuk program sosial dan infrastruktur, serta kebutuhan mendesak lainnya.
Meskipun defisit anggaran dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan belanja pemerintah, pengelolaannya harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Dalam konteks kebijakan, defisit anggaran sering kali digunakan sebagai langkah fiskal ekspansif untuk memberikan stimulus pada perekonomian, terutama saat negara menghadapi resesi atau perlambatan ekonomi.
Defisit anggaran dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan metode perhitungan dan tujuan analisisnya:
Defisit konvensional: Selisih antara total belanja dan total pendapatan, termasuk hibah.Defisit primer: Selisih antara belanja pemerintah di luar pembayaran bunga utang dengan total pendapatan.Defisit moneter: Memperhitungkan pengeluaran pemerintah di luar pembayaran pokok utang dan penerimaan utang.
Pengelompokan ini penting untuk memahami dampak spesifik dari defisit terhadap perekonomian dan pengelolaan fiskal negara.
Dampak Defisit Anggaran terhadap Perekonomian dan Masyarakat
Defisit anggaran memiliki dampak yang kompleks terhadap perekonomian dan masyarakat. Berikut adalah empat dampak utama:
1. Meningkatkan utang negara
Defisit anggaran sering kali dibiayai melalui penerbitan utang, baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan utang ini menyebabkan beban pembayaran bunga yang tinggi, sehingga mengurangi alokasi anggaran untuk sektor produktif seperti pendidikan dan kesehatan.
2. Meningkatkan inflasi
Defisit anggaran yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dapat meningkatkan jumlah uang beredar, yang berpotensi memicu inflasi. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli masyarakat dan menekan konsumsi domestik.
3. Menurunkan nilai tukar rupiah
Defisit anggaran dapat menurunkan nilai tukar rupiah karena investor kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas fiskal negara. Penurunan nilai tukar membuat barang impor lebih mahal, sehingga memicu inflasi impor.
4. Crowding out investasi
Defisit anggaran yang tinggi dapat mengurangi investasi swasta melalui mekanisme crowding out. Ketika pemerintah meningkatkan pembiayaan melalui utang, suku bunga cenderung naik, sehingga investasi swasta menjadi kurang kompetitif.
Pengelolaan defisit anggaran (APBN) yang bijak sangat penting agar dampak negatif dapat diminimalkan dan perekonomian tetap stabil.
