PIKIRAN RAKYAT – Selama 15 hari berturut-turut, pasukan Israel menutup dua penyeberangan yaitu Karm Abu Salem dan Beit Hanoun di Jalur Gaza. Penutupan yang dilakukan Israel telah menyebabkan blokade total.
Bantuan-bantuan kemanusiaan yang seharusnya bisa masuk ke Jalur Gaza harus tertahan. Hal ini membuat warga di Jalur Gaza dalam situasi yang sulit di tengah gencatan senjata.
Keputusan Israel dalam menutup titik penyeberangan dan menghentikan arus bantuan kemanusiaan telah menuai reaksi keras dari dunia internasional. Pemerintah dan organisasi internasional mengeluarkan peringatan mendesak.
Pasalnya, blokade yang terus berlanjut ini berpotensi menimbulkan bencana kelaparan yang semakin meluas di Jalur Gaza.
Selain itu, kesewenang-wenangan Israel juga semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Harga barang-barang pokok serta komoditas naik secara drastis dan banyak produk yang telah lenyap dari pasaran.
Pada Minggu lalu, tiga puluh pakar independen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Israel melanjutkan “militerisasi kelaparan” di Jalur Gaza. Juga, mereka menyebut Israel “Mengambil keputusan untuk melanggar perjanjian gencatan senjata dan menangguhkan masuknya bantuan kemanusiaan”.
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Wilayah Palestina, Francesca Albanese, menyatakan Israel tetap berkewajiban untuk memastikan kebutuhan dasar warga di Jalur Gaza terpenuhi.
“Israel tetap berkewajiban untuk memastikan penyediaan makanan yang memadai, pasokan medis, dan layanan bantuan lainnya,” katanya dilaporkan WAFA.
Sementara itu, para ahli PBB menilai bahwa Israel dengan sengaja menghentikan pasokan vital, termasuk alat bantu bagi penyandang disabilitas, Israel sekali lagi menggunakan bantuan sebagai senjata.
Update jumlah korban tewas
Otoritas kesehatan setempat menyatakan lebih dari 48.543 warga di Jalur Gaza yang tewas. Mayoritas adalah wanita dan anak-anak, sejak genosida Israel dimulai pada Oktober 2023.
Korban tewas terus bertambah sampai saat ini meski Palestina dan Israel tengah dalam kondisi gencatan senjata. Israel masih melakukan serangan yang melanggar perjanjian gencatan senjata.
Selama 48 jam terakhir, rumah sakit di Gaza telah menerima jenazah atau sisa-sisa 12 korban setelah ditarik keluar dari reruntuhan, selain enam kematian yang baru dilaporkan.
Jumlah korban luka juga meningkat menjadi 111.981. Sementara itu, banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan, sementara tim tanggap darurat tidak dapat menjangkau mereka.
Meskipun gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada tanggal 19 Januari, korban terus dilaporkan di berbagai bagian wilayah tersebut sejak gencatan senjata tersebut diberlakukan, karena Israel terus melanggar perjanjian tersebut.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News