Tradisi Pemuda Ngareanak Kendal Selama Ramadan: Farrel CS Gelar Konser Ngangklang Jelang Sahur

Tradisi Pemuda Ngareanak Kendal Selama Ramadan: Farrel CS Gelar Konser Ngangklang Jelang Sahur

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL – SAYUP-sayup suara pranatacara terdengar memecah keheningan pada dini hari itu. 

Waktu saat itu menunjukkan sekira pukul 02.45.

Adalah suara Farrel dari teras musala sebagai pembuka dari sekelompok pemuda di Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal menjelang warga santap sahur selama Ramadan.

Jika tahun- tahun sebelumnya lebih banyak berkeliling kampung sembari membunyikan alat musik perkusi kreasi mereka, kini lebih dipusatkan di musala. 

Seperti halnya yang terekam pada Jumat (14/3/2025) di teras Musala Al Hikmah RT 01 RW 04 Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal.

Sepintas pandangan mata, sekira tujuh pemuda selayaknya grup yang sedang konser musik. 

Beberapa alat musik tertata di teras musala seperti drum, tamborin, jidor, pianika, ukulele, hingga remo.

Mereka memanfaatkan toa musala ditambah speaker aktif sebagai pengeras suara selama “konser ngangklang” ini berlangsung.

TRADISI BANGUNKAN SAHUR – Sekelompok pemuda memainkan musik perkusi pada Jumat (14/3/2025) di teras Musala Al Hikmah RT 01 RW 04, Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal. Musik perkusi yang dimainkan mereka adalah salah satu cara untuk membangunkan warga jelang sahur selama Ramadan.

Setelah dibuka dengan pranatacara, mereka mendendangkan beberapa lagu.

Mulai dari “Wayahe Sahur”, “Ojo Tura-turu”, “Santri Pondok”, hingga “Ayo Sahur” yang rata-rata dipadukan dengan sholawatan. 

Untuk membawakan lagu-lagu itu, mereka setidaknya menghabiskan waktu selama sekira 30 menit atau rata-rata berakhir pukul 03.30.

Tak jarang, warga ke luar rumah mendatangi musala untuk menyaksikan secara langsung konser tersebut.

Bahkan, mereka juga memanfaatkan ponselnya untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan kegiatan para pemuda itu di media sosial.

Farrel menyebut, ini adalah tradisi di kampungnya, yang tak pernah absen selama Ramadan. 

Musik yang mereka mainkan bahkan seakan sudah menjadi alarm bagi warga untuk segera bangun mempersiapkan menu santap sahur bersama keluarga. 

Setelah bermusik, Farrel dan teman-temannya tak jarang santap sahur bersama dengan menu seadanya, yang terkadang dibawa dari rumah atau mendapatkan kiriman dari warga.

“Ini sudah menjadi tradisi turun temurun saat Ramadan dan akan dilakukan tiap menjelang waktu sahur,” katanya.

“Alhamdulillah, di tahun ini kami masih bisa melakukannya, meskipun caranya agak berbeda, tidak berkeliling kampung seperti tahun-tahun sebelumnya,” sambungnya.

Untuk jumlah personil, rata-rata ada tujuh orang, namun semua itu melihat kondisi.

Jumlah optimal ketika akhir pekan, bisa mencapai belasan orang, karena sebagian besar berstatus sebagai pelajar.

“Ini semua kami lakukan untuk mempertahankan tradisi kearifan lokal di kampung selama Ramadan.”

“Kami berterima kasih karena selama ini telah disupport warga,” ujarnya.

Dia berharap tradisi gugah sahur dengan konser ngangklang ini bisa terus lestari dari tahun ke tahun hingga ke generasi selanjutnya.

Sudariyanto, Ketua RT 01 RW 04 Ngareanak mengatakan, kegiatan menjelang sahur itu secara tidak langsung mewadahi kreativitas pemuda dalam hal positif.

“Tentu warga support dengan kegiatan ini.”

“Gugah sahur dengan konser ngangklang itu adalah kegiatan positif dan selalu ditunggu-tunggu warga,” ucapnya. (*)