TRIBUNNEWS.COM – Warga Filipina, Crisanto dan Juan Carlos, menjadi korban perang narkoba mantan presiden Rodrigo Duterte.
Keduanya menghilang secara tiba-tiba pada suatu pagi di Quezon Citu, distrik utara Metro Manila.
Kepergian mereka yang tiba-tiba meninggalkan luka yang mendalam bagi ibu mereka, Llore Pasco.
Pasco hingga kini terus dihantui rasa sakit akibat kehilangan dua anak laki-lakinya dalam pembunuhan brutal yang belum ada keadilan.
Peristiwa ini terjadi pada Mei 2017, dikutip dari Al Jazeera.
Saat itu, tepatnya pada pagi hari, Crisanto yang merupakan ayah dari empat orang anak, pergi untuk bekerja.
Pria berusia 34 tahun ini merupakan seorang penjaga kemanan swasta di Filipina.
Setelah Crisanto, sang adik, yaitu Juan Carlos, yang merupakan penagih tagihan listrik paruh waktu, menyusul sang kakak untuk bekerja.
Namun, berita mengejutkan diterima oleh keluarga pada keesokan harinya.
Media memberitakan kakak-adik ini ditemukan tewas.
Saat ditemukan, keduanya dalam kondisi mengenaskan. Tubuh korban dipenuhi luka akibat peluru.
Polisi menuduh mereka sebagai bagian dari kelompok perampok yang berbahaya.
Namun, bagi keluarga Pasco, ini adalah kenyataan yang tak bisa diterima.
Ibu mereka, Pasco, bersama dengan kerabat lainnya, mengetahui kabar itu dari laporan berita televisi.
Dengan berat hati, Pasco menghabiskan seminggu penuh dan mengeluarkan biaya sebesar 1.500 USD untuk mengambil jenazah kedua putranya dari kamar mayat.
Pemakaman mereka berlangsung dengan kesedihan mendalam.
Akan tetapi bagi Pasco, penderitaan yang lebih besar datang setelahnya.
Pasco bertahun-tahun menunggu keadilan yang tak kunjung datang.
Tak ada satu pun yang bisa mengembalikan anak-anaknya, dan harapan untuk keadilan semakin sirna dalam sistem yang tampaknya tak peduli.
Namun, sebuah perubahan datang baru-baru ini.
Ketika Pasco mendengar berita, mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang bertanggung jawab atas kebijakan perang narkoba yang brutal, telah ditangkap, emosi campur aduk menghampirinya.
Pasco mengungkapkan ini merupakan penantian yang sangat berharga.
Menurutnya, ini adalah awal dari keadilan bagi para korban.
“Saya merasa sangat gugup dan takut, tetapi juga gembira,” katanya. “Mata saya berkaca-kaca. Akhirnya, setelah sekian tahun menunggu, ini akan terjadi. Ini dia,” ungkap Pasco kepada Al Jazeera.
Penangkapan Duterte, yang dilakukan atas perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC), memberikan harapan baru bagi keluarga korban perang narkoba seperti Pasco.
ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Duterte atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait dengan ribuan pembunuhan yang terjadi selama masa pemerintahannya.
Tuntutan ini, menurut Pasco, adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan keadilan bagi putranya, yang telah kehilangan nyawa dalam kekerasan yang tak terhitung jumlahnya.
Pasco adalah salah satu dari banyak ibu yang tergabung dalam “Rise Up for Life and for Rights,” sebuah kelompok yang terdiri dari para ibu dan istri korban perang narkoba di Filipina.
Bagi mereka, penangkapan Duterte memberi secercah harapan, meskipun sudah begitu lama mereka hidup dengan ketidakpastian dan keputusasaan.
Namun, meskipun rasa harapan itu tumbuh, Pasco tetap menjaga sikap hati-hati.
Bagi dirinya dan mereka yang kehilangan, meskipun langkah hukum ini penting, keadilan yang sebenarnya hanya akan terwujud jika ada pertanggungjawaban atas semua pembunuhan yang terjadi dalam perang narkoba ini.
“Ini akan menjadi langkah pertama untuk penyembuhan total bagi negara kita,” kata Pasco.
Sebagai informasi, Duterte ditangkap di Bandara Internasional Manila pada Selasa (11/3/2025).
Dalam surat perintah penangkapan ICC tertulis Duterte telah melakukan berbagai pelanggaran.
Di antaranya, membentuk, mendanai, dan mempersenjatai regu pembunuh yang melakukan pembunuhan terhadap para pengguna dan pengedar narkoba.
Setelah ditangkap, Duterte diterbangkan ke Den Haag, Belanda.
Menurut catatan polisi, lebih dari 7.000 orang tewas dalam operasi antinarkoba resmi yang diperintahkan oleh Duterte saat ia menjabat dari tahun 2016 hingga 2022.
Duterte akan menjalani sidang pertama dalam beberapa hari ke depan.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Rodrigo Duterte