Cerita bambu tak bisa dipisahkan dengan ketersediaan air di wilayah Ngada. Di tahun 90an, masyarakat sempat melakukan penanaman bambu melalui gerakan sejuta bambu yang dimotori pegiat bambu, Linda Gartland yang juga pendiri Yayasan Bambu Lestari. Sayangnya, seiring dengan waktu, masyarakat enggan menanamnya kembali.
Berbeda dengan warga lain, warga Desa Ube 1 sangat antusias untuk menanami bambu . Sekitar 10.444 bibit atau setara dengan 52 ha selesai ditanam akhir Februari lalu. Desa Ube 1 menjadi salah satu Lokasi program YBLL bekerja sama dengan Yayasan KEHATI didukung oleh PT. CIMB Niaga.
“Kami ingin budi daya bambu kembali agar lahan yang ada jadi hutan bambu,” kata Hendrikus Wika, Ketua Kelompok Tara Wali.
Dari fakta yang ada, banyak mata air muncul di sekitar rumpun bambu. Bahkan, air makin melimpah di sekitar mata air yang ditanami bambu. “Dulu ada mata air di sini yang kering karena banyak bambu di sekitarnya banyak di tebang. Tapi, setelah ditanami bambu, mata air muncul lagi,” katanya.
Akar bambu dapat mengikat air. Dengan menanami bambu di sekitarnya, maka mata air yang kering akan muncul kembali.
Selain Ube 1, bambu juga ditanam di empat desa lainnya yaitu Desa Tiworiwu,Desa Turekisa, Desa Ubedolumolo II dan Desa Mukuvoka.
“Total penanaman tahun 2024-2025 sebanyak 20.000 bibit yang terdiri dari 3 jenis bambu, yaitu bambu betung, bambu ampel dan bambu ater,” jelas Puji Sumedi dari Yayasan KEHATI.
Di tahun sebelumnya, kegiatan serupa telah dilakukan. Sebanyak 10.000 bibit bambu di tanami di beberapa Desa di Ngada. Kedepan, penanaman serupa akan terus di lakukan di Kabupaten Ngada.
“Anak cucu harus menikmati mata air, bukan air mata,” ia menambahkan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5151520/original/041605400_1741163271-bambu.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)