Liputan6.com, Jakarta – Peluncuran roket Ariane 6, andalan baru Eropa untuk misi luar angkasa, mengalami penundaan di menit-menit terakhir.
Misi komersial pertama yang dijadwalkan pada Senin, 3 Maret 2025 terpaksa ditunda karena masalah teknis yang ditemukan pada sistem darat di Centre Spatial Guyanais, Kourou, Guyana Prancis.
Kegagalan ini menjadi pukulan bagi ambisi Eropa untuk kembali menguasai pasar peluncuran satelit dan menandai sebuah kemunduran setelah keberhasilan peluncuran perdananya pada Juli 2024. Adapun penundaan peluncuran roket ke luar angkasa dilakukan karena adanya anomali di darat.
“Satu-satunya keputusan yang mungkin sekarang adalah menunda peluncuran, yang tidak akan terjadi hari ini. Saya yakin kamu akan segera melakukan penerbangan lagi,” kata CEO Arianespace David Cavailoles, dikutip dari France24, Rabu (5/3/2025).
Tentang Ariane 6
Ariane 6, generasi terbaru roket pengangkut satelit, dikembangkan oleh ArianeGroup atas arahan European Space Agency (ESA). Adapun tujuan adanya roket Ariane 6 adalah untuk mengurangi ketergantungan Eropa terhadap roket milik Amerika Serikat. Selain itu, pengembangan Ariane 6 membuktikan upaya Arianespace ingin tetap kompetitif dari SpaceX milik Elon Musk.
Roket ini dirancang untuk menggantikan Ariane 5 yang telah dipensiunkan pada 2023, dengan target pengurangan biaya hingga 50 persen dan peningkatan jumlah peluncuran hingga dua kali lipat per tahun.
Adapun peluncur roket ini dimaksudkan untuk menempatkan satelit militer Prancis di orbit pada ketinggian 800 Km di atas Bumi.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3795710/original/054462700_1640484371-peluncuran_james_webb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)