TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Jawa Tengah mencatatkan deflasi sebesar 0,78 persen secara month-to-month (m-to-m) pada Februari 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, angka deflasi tersebut lebih dalam dari deflasi bulan Januari 2025 yang sebesar 0,46 persen.
Deflasi ini juga lebih dalam dari angka deflasi nasional bulan Februari 2025 yang sebesar 0,48 persen.
Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih memaparkan, deflasi secara m-to-m ini utamanya disebabkan turunnya tarif listrik, karena adanya diskon 50 persen kepada pelanggan rumah tangga dengan daya terpasang listrik 450 VA-2200 VA.
“Penyumbang terbesar deflasi secara m-to-m adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Utamanya karena turunnya tarif listrik.
Kemudian kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi terbesar kedua, yang disebabkan turunnya harga bawang merah dan cabai merah,” jelas Endang saat pemaparan secara daring, Senin (3/3/2025).
Berdasarkan komoditas penyumbang deflasi, tercatat lima terbesarnya adalah tarif listrik dengan andil -0,79 persen; disusul cabai merah dengan andil -0,08 persen; bawang merah dengan andil -0,06 persen; daging ayam ras sebesar -0,03 persen; dan cabai rawit dengan andil -0,02 persen.
Deflasi pada cabai merah dan rawit, disebutkan, karena harga mengalami penurunan setelah Desember 2024 mengalami kenaikan cukup tinggi.
Pasokan cabai dari petani sudah kembali normal, setelah sebelumnya berkurang karena adanya faktor cuaca.
“Kemudian turunnya harga bawang merah kembali memberikan sumbangan deflasi setelah mengalami kenaikan harga pada September – Desember 2024. Turunnya harga bawang merah disebabkan karena pasokan cukup saat panen raya di sejumlah sentra produksi di Jateng,” terangnya.
Sementara itu, andil inflasi terbesar Jawa Tengah pada Februari 2025 tercatat berasal dari emas perhiasan yang memberikan andil sebesar 0,06 persen.
Disusul tarif air minum Pam sebesar 0,03 persen; bensin sebesar 0,03 persen; sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 0,01 persen; dan wortel dengan andil sebesar 0,01 persen.
“Harga emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi karena pergerakan harga emas memang mengikuti harga internasional, sejalan dengan peningkatan permintaan aset save haven di tengah ketidakpastian global,” jelasnya.
Sementara itu, pada Februari 2025, Provinsi Jawa Tengah juga mencatatkan deflasi year on year (yoy) sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,75 dan deflasi year to date (y-to-d) sebesar 1,23 persen. (idy)
