Jakarta, Beritasatu.com – Tragedi tragis menimpa dua pendaki perempuan, Lilie Wijayanti Poegiono (60) dan Elsa Laksono (60), yang meninggal dunia pada Sabtu (1/3/2025), saat menuruni puncak Gunung Cartensz. Keduanya diduga terserang hipotermia setelah terjebak dalam badai salju dan angin kencang yang melanda pegunungan tertinggi di Indonesia itu.
Lilie dan Elsa, yang dikenal sebagai “ratu pendaki” atau hiking queen, merupakan sahabat sejati yang berbagi kecintaan terhadap petualangan. Perjalanan mereka ke Puncak Jaya (disebut Piramida Cartensz) bukan sekadar pendakian biasa, melainkan bagian dari misi besar menaklukkan tujuh puncak tertinggi di Indonesia (Seven Summit).
Sayangnya, misi terakhir mereka di puncak tertinggi Nusantara ini harus berakhir dengan duka. Lantas, bagaimana sejarah Gunung Cartensz ini? Berikut penjelasan lengkapnya!
Sejarah dan Penamaan Gunung Cartensz
Gunung Cartensz, atau yang lebih dikenal sebagai Puncak Jaya, merupakan gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl). Terletak di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, gunung ini menjadi bagian dari Pegunungan Barisan Sudirman dan dikenal dengan keunikannya yang diselimuti salju meskipun berada di wilayah tropis.
Gunung ini pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh seorang pelaut Belanda bernama Jan Cartensz pada tahun 1623. Saat dalam pelayarannya di pantai selatan Papua, ia melihat melalui teropongnya sebuah puncak gunung yang tertutup salju.
Namun, laporannya mendapat cemoohan dari masyarakat Eropa yang menganggap mustahil adanya salju di wilayah tropis dekat khatulistiwa. Meski demikian, apa yang dikatakannya terbukti benar, dan gunung tersebut kini dikenal dengan nama Puncak Cartensz.
Seusai Papua menjadi bagian dari Indonesia, pemerintah memberikan nama resmi Puncak Jayakesuma untuk gunung ini, yang kemudian lebih sering disebut sebagai Puncak Jaya.
Namun, sebelum dikenal dengan nama-nama tersebut, masyarakat asli Papua, khususnya Suku Amungme, telah lama menamainya sebagai Nemangkawi Ninggok, yang berarti “Puncak Anak Panah Berwarna Putih”. Suku Amungme sendiri merupakan pemilik hak ulayat atas tanah tempat gunung ini berdiri.
Keunikan dan Kondisi Geografis
Sebagai salah satu dari Seven Summits dunia, Gunung Cartensz memiliki karakteristik yang unik. Selain menjadi puncak tertinggi di Indonesia dan peringkat ke-7 di Asia, gunung ini juga tergolong sebagai pegunungan kars.
Keistimewaan lainnya adalah keberadaan Gletser Cartensz, satu-satunya gletser tropis yang masih tersisa di Indonesia, meskipun mengalami penyusutan akibat perubahan iklim.
Gunung ini juga merupakan satu dari lima tempat di sekitar garis khatulistiwa yang memiliki salju abadi. Luas salju di puncaknya diperkirakan mencapai 3.300 hektar, menjadikannya fenomena alam yang langka di wilayah tropis.
Medan dan Tantangan Pendakian
Gunung Cartensz berada di wilayah tiga kabupaten di Papua Tengah, yaitu Intan Jaya, Mimika, dan Puncak. Dengan kondisi geografis yang ekstrem, pendakian ke puncak gunung ini bukanlah sesuatu yang mudah.
Medan yang curam, suhu yang sangat dingin, serta curah hujan yang tinggi membuatnya menjadi salah satu jalur pendakian paling menantang di dunia.
Pendaki yang ingin mencapai puncaknya harus memiliki keterampilan dan perlengkapan yang memadai untuk menghadapi berbagai risiko, termasuk hipotermia akibat cuaca buruk.
Baru-baru ini, dua pendaki perempuan, Lilie dan Elsa, dinyatakan meninggal dunia pada 1 Maret 2025 saat perjalanan turun dari Puncak Cartensz akibat serangan hipotermia yang dipicu oleh badai di kawasan tersebut.
Dengan segala keunikan dan tantangannya, Gunung Cartensz tetap menjadi destinasi impian bagi para pendaki profesional dari seluruh dunia. Namun, persiapan yang matang serta kewaspadaan tinggi tetap menjadi faktor utama bagi siapa pun yang ingin menaklukkan salah satu puncak tertinggi di dunia ini.
