Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Indonesia Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Ekonom CORE: Tidak Biasa Jelang Ramadan – Halaman all

Indonesia Deflasi Dua Bulan Berturut-turut, Ekonom CORE: Tidak Biasa Jelang Ramadan – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal berpendapat, deflasi selama dua bulan berturut dinilai tidak biasa apalagi menjelang Ramadan.

Faisal bilang, deflasi pada Februari 2025 utamanya didorong oleh diskon tarif listrik untuk kalangan menengah yang berlaku selama dua bulan mulai Januari hingga Februari 2025. Namun, dia juga melihat pendorong deflasi berasal dari kelompok makanan.

“Tapi di luar faktor insentif, sebenarnya pada Februari masih ada deflasi di beberapa komoditas pangan. Nah kalau dilihat dari keseluruhan kelompok makanan mengalami deflasi walaupun tingkat deflasi nya tidak sedalam dengan listrik ya,” ujar Faisal saat dihubungi Tribunnews, Senin (3/3/2025).

Menurut Faisal, untuk komoditas makanan seharusnya mengalami inflasi apalagi menjelang Ramadan. Meskipun inflasinya tipis dan akan meningkat pada Ramadan yakni bulan Maret ini.

“Tetapi menjelangnya harusnya sudah ada dorongan kenaikan harga-harga namun kali ini tidak. Jadi itu suatu perbedaan tidak biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” papar Faisal.

Bahkan, Faisal menyoroti belum ada dampak peningkatan supply dari faktor produksi padahal bulan Februari ini sudah memasuki musim panen di berbagai wilayah.

“Jadi artinya ini lebih besar karena faktor demand dari sisi permintaan. Yang artinya merefleksikan dari sisi daya beli masyarakat belum pulih pada saat sekarang” ujarnya.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi deflasi secara tahunan atau year on year sebesar 0,09 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,58 pada Februari 2024 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi tahun ini utamanya didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi sebesar 12,08 persen secara tahunan.

Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 1,92 persen dengan komoditas andil deflasi tahun ini oleh tarif listrik sebesar 2,61 persen.

“Komoditas dengan andil deflasi terbesar pada kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil deflasi sebesar 2,16 persen,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (3/3/2025).

Amalia menyebut, komoditas lain di luar kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang juga memberikan andil deflasi cukup dalam adalah beras, tomat, dan cabai merah dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,11 persen.

Adapun berdasarkan wilayah, deflasi secara tahunan terjadi pada 22 provinsi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat yaitu 1,98 persen. Posisi kedua Bengkulu sebesar 1,26 persen dan ketiga Sulawesi Selatan sebesar 1,09 persen.

“Sebaran inflasi tahunan menurut wilayah secara tahunan, 22 provinsi mengalami deflasi sementara 16 lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat yaitu 1,98 persen,” jelas Amalia.

Sebelumnya, pada Februari 2025 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 105,99 pada Januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

Tingkat deflasi bulanan atau month to month pada Februari turun 0,76 persen dibandingkan Januari 2025. Kelompok penyumbang deflasi pada Februari yaitu diskon tarif listrik.

“Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59 persen dan memberikan andil deflasi 0,52 persen,” kata Amalia.

Merangkum Semua Peristiwa