Puluhan ternak babi milik warga desa Rana Gapang dan desa Lengko Namut, kecamatan Elar, kabupaten Manggarai Timur, NTT mati.
Kematian massal babi itu belum dipastikan penyebabnya. Namun warga setempat menduga kematian babi tersebut akibat demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).
Kepala Desa Rana Gapang, Melkior Wene, mengatakan warga di desanya mengalami kerugian akibat babi peliharaannya mati mendadak.
“Di sini hampir semua warga punya babi. Kalau 20 ekor mati, kerugiannya bisa mencapai Rp140 juta. Sekarang di desanya sudah lebih dari 10 ekor babi yang mati,” kata Melikior, Rabu 26 Februari 2025.
Menurutnya jumlah babi yang mati terus bertambah. Warga semakin resah dan berharap pemerintah segera melakukan langkah pencegahan.
“Mereka butuh solusi segera dari pemerintah, minimal ada obatnya. Kalau dibiarkan, peternak terus merugi,” katanya.
Kematian massal babi di sebagian wilayah desa di kecamatan Elar itu dimulai sejak awal Februari 2025. Kematian terus terjadi dan semakin hari semakin bertambah.
“Kematian babi semakin hari semakin terus bertambah jumlahnya jika tak segera ditangani. Kemungkinan sudah positif ASF, karna gejalanya mirip dengan gejala tahun lalu” kata Melkior.
“Kami akan berusaha menghubungi dinas terkait agar mendapatkan solusinya, agar kedepannya wabah ini tak menyebar dan tidak merugikan para peternak babi lainnya,” tambahnya.
Ia berharap pihak pemerintah daerah Manggarai Timur melalui dinas terkait segera mungkin berupaya untuk melakukan penanggulangan dan pencegahan virus ASF.
Seperti diketahui ASF merupakan penyakit virus yang sangat menular dan mematikan yang menyerang ternak babi. Penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak karena tingkat kematiannya yang tinggi.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4734807/original/085747400_1707099029-babi_mati_asf.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)