Nilai Tukar Rupiah Menguat Dipengaruhi Data Ekonomi AS

Nilai Tukar Rupiah Menguat Dipengaruhi Data Ekonomi AS

Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada Rabu pagi (26/2/2025) pagi. Penguatan ini terjadi seiring dengan pelemahan dolar akibat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek, yang dipicu oleh rilis data ekonomi AS yang tidak sesuai harapan.

Menurut data Bloomberg pada pukul 09.07 WIB di pasar spot exchange, rupiah meningkat 6 poin (0,04%) ke posisi Rp 16.365 per dolar AS. Sebelumnya, pada perdagangan Selasa (25/2/2025), rupiah sempat menguat 34,5 poin hingga mencapai Rp 16.278 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar tercatat turun 0,02 poin menjadi 106,2. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun juga mengalami penurunan sebesar 31 poin ke level 4,32%.

Dilansir dari Reuters, dolar AS terus mengalami pelemahan mendekati titik terendahnya dalam 11 minggu terhadap sejumlah mata uang utama pada Rabu (26/2/2025). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan imbal hasil obligasi AS jangka pendek setelah rilis data ekonomi yang kurang memuaskan. Selain itu hal itu membuat nilai tukar rupiah hari ini naik.

Di sisi lain, yen Jepang menguat mendekati level tertingginya sejak Oktober 2024, didorong oleh sentimen investor yang masih berhati-hati terkait ancaman tarif baru dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump. 

Sementara itu, dolar Kanada bertahan di sekitar level terendah dalam dua pekan terakhir karena pemberlakuan tarif tambahan yang dijadwalkan pada minggu depan.

Kepala Ekonomi Pasar di National Australia Bank Tapas Strickland menyatakan, data ekonomi AS belakangan ini tidak memenuhi ekspektasi pasar, sehingga melemahkan narasi tentang “keunggulan ekonomi AS” yang selama ini menopang dolar.

“Ketidakpastian kebijakan perdagangan mulai berdampak pada sentimen pasar, melemahkan mata uang berbasis komoditas dan memperkuat mata uang safe-haven seperti yen,” ujar Strickland.

Saat nilai tukar rupiah hari ini naik, tetapi data ekonomi yang lemah semakin meningkatkan ekspektasi pasar bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga dua kali sebesar 25 basis poin pada 2025, dengan peluang pemangkasan pertama terjadi pada Juli mendatang.