Tata cara berpakaian pun mencerminkan perpaduan ini, di mana busana adat Ternate seperti Jubah Kolano (pakaian sultan) mengadaptasi pakaian khas Timur Tengah tetapi tetap memiliki corak lokal yang unik.
Salah satu hal yang membuat adat Segulaha tetap lestari adalah karena nilai-nilai Islam yang terkandung di dalamnya tidak bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan masyarakat Ternate. Konsep keadilan (‘adl), musyawarah (syura), dan kebersamaan (ukhuwah) menjadi inti dari adat ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Ternate diajarkan untuk hidup dalam kebersamaan dan saling membantu, sebagaimana dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah.
Adat Segulaha juga memiliki prinsip moral yang kuat, seperti konsep Maka Kolano yang berarti bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat amanah dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Prinsip ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan bahwa seorang pemimpin adalah khalifah di muka bumi yang wajib menegakkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Oleh karena itu, dalam pengangkatan seorang sultan, bukan hanya faktor keturunan yang dipertimbangkan, tetapi juga kualitas moral dan pengetahuannya tentang Islam.
Dalam aspek sosial, Segulaha juga menekankan pentingnya adat sopan santun yang sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam, seperti menghormati orang tua, menjaga adab berbicara, serta menghindari perbuatan yang dilarang dalam Islam seperti mabuk-mabukan dan berjudi.
Pelanggaran terhadap norma-norma ini bukan hanya dipandang sebagai pelanggaran adat, tetapi juga sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama, sehingga sanksinya bisa berupa teguran dari tokoh agama hingga hukuman adat yang melibatkan komunitas.
Meskipun adat Segulaha telah bertahan selama berabad-abad, tantangan zaman modern membuat adat ini menghadapi berbagai ancaman, terutama dari globalisasi dan modernisasi yang sering kali membawa nilai-nilai baru yang berbeda dengan budaya lokal.
Urbanisasi, pergeseran pola pikir generasi muda, serta pengaruh budaya luar dapat mengikis penghormatan terhadap adat Segulaha. Namun, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan adat ini.
Kesultanan Ternate bersama tokoh adat dan ulama terus mengadakan kegiatan budaya dan pendidikan untuk mengenalkan Segulaha kepada generasi muda. Festival budaya, seminar adat, serta pendidikan berbasis kearifan lokal di sekolah-sekolah menjadi langkah penting dalam memastikan bahwa nilai-nilai Segulaha tetap hidup dalam masyarakat.
Selain itu, integrasi adat Segulaha dalam sistem pemerintahan lokal juga menjadi salah satu cara agar adat ini tetap relevan. Beberapa aturan dalam hukum adat mulai diakui dalam regulasi daerah, seperti dalam penyelesaian sengketa tanah adat atau pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas.
Ini menunjukkan bahwa adat Segulaha bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga memiliki relevansi dalam kehidupan masyarakat modern. Adat Segulaha merupakan bukti nyata bagaimana Islam dan budaya lokal dapat menyatu secara harmonis dalam kehidupan masyarakat Ternate.
Sebagai sistem adat yang mengandung nilai-nilai Islam, Segulaha bukan hanya menjadi aturan sosial, tetapi juga identitas yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun menghadapi tantangan zaman, upaya pelestariannya terus dilakukan agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam adat ini tetap hidup dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Ternate di masa depan.
Dengan terus menjaga dan mengembangkan adat ini, masyarakat Ternate dapat tetap mempertahankan identitasnya di tengah arus perubahan zaman, tanpa kehilangan akar tradisi dan spiritualitas yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4173548/original/059826700_1664333009-IMG-20220928-WA0049.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)