TRIBUNJATIM.COM – Sudah mundur jadi kades dan kerja di Jepang dengan gaji Rp 30 juta per bulan, Dodi Romdani ternyata harus kembali ke Indonesia.
Terungkap alasan mantan Kades Sukamulya, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini pulang padahal sudah terbilang makmur sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Jepang.
Diketahui, Dodi menjabat Kades Sukamulya sejak 2019 hingga Oktober 2024.
Pada tahun terakhirnya, ada revisi UU Desa yang menambah masa jabatan kades menjadi delapan tahun.
Namun Dodi memutuskan untuk tidak mengambil tambahan masa jabatannya.
“Saya merasa ini harus diluruskan, kewajiban saya sesuai SK (surat keputusan) dari Bupati Ciamis yaitu 6 tahun jabatan kepala desa. Saya sudah melaksanakan kewajiban. Adapun tambahan dua tahun saya tidak ambil, karena jauh-jauh hari sudah ada perencanaan untuk tugas kembali ke Jepang bersama rekan-rekan saya,” jelas Dodi, melansir dari Kompas.com.
Pada bulan September 2024, Dodi mengajukan pengunduran diri sebagai kepala desa, dan pada Oktober SK pemberhentian dirinya pun terbit.
Keputusan untuk kembali menjadi pekerja migran di Jepang diambil karena kebutuhan ekonomi keluarganya yang semakin meningkat.
“Insya Allah iktikad dan tujuannya baik, saya ingin nambah rezeki, dan saya punya tujuan ingin merehab masjid di kampungnya,” kata Dodi. Dia mengakui bahwa seiring waktu, kebutuhan keluarganya semakin bertambah. “Anak semakin besar, butuh biaya juga,” ungkapnya.
Kemudian, Dodi mengungkapkan perbedaan mencolok antara gaji kepala desa di daerahnya dengan pendapatan sebagai pekerja migran di Jepang.
Menurut Dodi, gaji kepala desa di Ciamis hanya sekitar Rp 3 juta per bulan, sedangkan pekerja migran Indonesia (PMI) di Jepang bisa mengantongi hingga Rp 30 juta per bulan, atau 10 kali lipat lebih besar.
“Nominal Rp 30 juta itu mudah didapat, meskipun itu masih gaji kotor,” ujar Dodi saat ditemui di rumahnya di Ciamis, Jumat (14/2/2025), melansir dari Kompas.com.
Ia menambahkan bahwa angka tersebut sudah termasuk uang lembur, sehingga jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan di Indonesia.
Dodi pernah bekerja di Jepang pada 2008 hingga 2013 sebelum kembali ke Indonesia dan menjabat sebagai kepala desa pada 2019.
