Kebijakan Penghematan Anggaran, Pakar Usul Sektor Pendidikan dan Kesehatan Tidak Diotak-atik

Kebijakan Penghematan Anggaran, Pakar Usul Sektor Pendidikan dan Kesehatan Tidak Diotak-atik

Jakarta, BeritaSatu.com – Kebijakan penghematan anggaran yang diprakarsai Presiden Prabowo Subianto terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 306,6 triliun, rencananya akan diputuskan pada Kamis (13/2/2025). 

Kebijakan ini mengharuskan kementerian dan lembaga untuk menghemat dari segi operasional kantor dan beberapa program yang dijalankannya. 

Terkait penghematan anggaran ini, pakar ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, mengingatkan ada beberapa sektor yang harus tetap diprioritaskan dan tidak dipotong demi menjaga keberlanjutan ekonomi jangka panjang.

Menurut Nailul Huda, sektor pendidikan, kesehatan, dan inovasi adalah program yang tidak perlu diberlakukan penghematan anggarannya. 

“Kita melihat sektor yang paling utama adalah pendidikan dan kesehatan, selain itu sektor yang berhubungan dengan inovasi juga harus didorong. Tiga sektor itu sebenarnya tidak perlu disentuh atau diotak-atik, tidak perlu dikurangi bahkan kalau bisa ditambah,” ujar Nailul dalam wawancara bersama Beritasatu.com di Jakarta, Sabtu (8/2/2025).

Nailul menjelaskan, pendidikan dan kesehatan merupakan pilar utama untuk pembangunan ekonomi nasional. Keduanya sangat berkaitan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang akan mampu bersaing dengan negara-negara lain.

“Ketika pendidikan dan kesehatan kita baik, SDM akan semakin berkualitas dan siap bersaing di tingkat global. Hal ini sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi jangka panjang,” tambahnya.

Selain itu, Nailul juga menekankan pentingnya mendukung sektor inovasi, salah satunya melalui program riset yang ada di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Program-program riset ini sangat penting untuk menyiapkan pengetahuan dan kebijakan masa depan.

“Dana untuk riset dan pengembangan (R&D) dalam PGB saat ini hanya mencapai 0,25% dari total PGB. Angka ini sangat kecil. Jika sektor riset dan inovasi ikut dipangkas, dampaknya akan terasa dalam jangka menengah dan panjang terhadap ekonomi,” ujar Nailul.

Meskipun ia mendukung inisiatif pemangkasan anggaran yang diajukan oleh Prabowo, Nailul menegaskan bahwa pemilahan program yang akan dipangkas sangatlah penting. Terutama untuk tiga sektor tersebut, yang menurutnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi nasional.

“Program yang memiliki dampak yang terbatas terhadap ekonomi atau masyarakat sekitar, tentu bisa dipertimbangkan untuk dipangkas. Namun, untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan inovasi tidak perlu dilakukan penghematan anggarannya agar tidak menghambat perkembangan ekonomi jangka panjang,” pungkas Nailul.