Terjepit Aturan Baru Ancol, Pedagang Menjerit: Gerobak Dibagi Berdua, Penghasilan Anjlok
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Puluhan pedagang asongan di
Ancol
masih menolak untuk mengikuti program penataan yang diusulkan oleh
PT Taman Impian Jaya Ancol
.
Program aturan satu gerobak diisi dua orang itu disebut sudah dicanangkan sejak setahun lalu.
Namun, hingga saat ini, belum semua pedagang bersedia mengikuti ketentuan tersebut.
“Ceritanya kami disuruh ikut program. Bukan kami enggak mau ditata. Kami mau. Cuma Ancol mengadakan program satu gerobak dua orang,” ungkap
Yanti
(72), seorang pedagang saat ditemui, Kamis.
Penolakan ini muncul karena banyak pedagang merasa bahwa program dari Ancol merugikan mereka.
Dalam aturan baru, para pedagang yang biasanya bisa leluasa berdagang sendiri, kini harus berbagi gerobak dengan orang lain.
Selain itu, mereka diwajibkan untuk mengambil barang dagangan langsung dari pihak Ancol, alih-alih mengambil dari koperasi yang selama ini mereka kelola sendiri.
Walaupun dengan program baru ini para pedagang bisa berjualan tanpa modal, tetap saja sistem pembagian hasil dianggap tidak adil.
“Hasilnya dibagi dua. Misal kami dapat Rp 100 ribu, 60 persen kami setor ke Ancol, 40 persen lagi kami harus bagi dua dengan teman segerobak,” jelas Yanti.
Akibat penolakan tersebut, banyak pedagang yang kini tidak diizinkan untuk berjualan di area timur Pantai Lagoon, Ancol.
Pihak Ancol sebelumnya telah mensosialisasikan sterilisasi kawasan tersebut melalui surat edaran yang diberikan kepada pedagang.
Namun, karena merasa telah berjualan di lokasi itu selama belasan tahun, sebagian dari mereka tetap nekat melanjutkan aktivitasnya.
Masih banyaknya pedagang yang nekat berjualan di kawasan steril membuat Ancol menurunkan petugas keamanan.
Pedagang yang tidak mau mengikuti program penataan Ancol mengaku kerap mengalami bentrokan dengan petigas keamanan.
“Pagi kami ribut dulu, banyak yang rusak. Termos pecah, keinjak-injak, jatuh sampai kepala berada di bawah gerobak,” ujar Yanti.
Saat ini, area timur Pantai Lagoon telah diblokade dengan beton pembatas jalan.
Kondisi ini memaksa para pedagang yang biasa berjualan di lokasi tersebut menjadi menumpuk di bagian barat Pantai Lagoon.
Hal ini menyebabkan persaingan yang ketat antar pedagang dan berdampak pada menurunnya pendapatan mereka.
Tak menemukan titik temu dengan pihak Ancol, para pedagang akhirnya meminta bantuan anggota
DPRD Jakarta
Komisi C Dapil 3, Tri Waluyo.
Tri sudah dua kali mendatangi para pedagang yang mengalami kesulitan.
Ia mengungkapkan akan mengundang pihak Ancol untuk membahas nasib para pedagang.
“Kami mengundang pihak Ancol untuk melaksanakan rapat kerja di DPRD terkait pedagang di Ancol ini,” kata Tri saat diwawancarai.
Tri juga menjelaskan, ia juga telah melakukan komunikasi dengan Direktur Utama Ancol.
Berdasarkan keterangan pihak Ancol, ucap Tri,
penataan pedagang
ini telah dimodali dan difasilitasi pihak Ancol. Pihak pedagang diminta hanya mengembalikan modal.
“Artinya di sini ada
missing.
Kami melihat ada keluhan pedagang sendiri perihal
sharing profit
untuk Ancol 60 persen, dan pedagang 40 persen,” tambah Tri.
Ia berharap ke depannya akan ada solusi terbaik untuk semua pihak, baik untuk pedagang maupun pihak Ancol.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
7 Terjepit Aturan Baru Ancol, Pedagang Menjerit: Gerobak Dibagi Berdua, Penghasilan Anjlok Megapolitan
/data/photo/2025/02/07/67a51bdeb886b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)