Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, CILANDAK – Dwi (58), salah satu agen gas elpiji di, Cilandak, Jakarta Selatan merasa keberatan dengan mekanisme baru pembelian gas elpiji 3 Kg.
Dwi mengaku kerepotan ketika harus melayani pembeli gas elpiji 3 Kg satu per satu.
Sebab, ia sebelumnya terbiasa hanya mendistribusikan gas elpiji ke pengecer.
“Agak merepotkan, kan kita pangkalan, kita harus menyiapkan segala macam ya receh-receh gini. Orang dateng beli satu, uangnya Rp 100 ribu. Kita agak kerepotan,” kata Dwi di kawasan Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2025).
Dwi mengaku harus melayani pembeli setiap waktu termasuk pada akhir pekan. Ia mengatakan, warga yang hanya membeli satu gas elpiji 3 Kg juga harus dilayani.
“Kita tidak boleh untuk tidak melayani. Jadi hari Minggu juga harus melayani cuma ya memang itu risiko,” ujar dia.
Di sisi lain, ia mengatakan tidak mendapat keuntungan sejak mekanisme baru pembelian gas elpiji diberlakukan.
“Cuma untuk keuntungan sih enggak ada, buat saya sebagai pangkalan, keuntungan enggak ada. Justru capek kitanya. Ini kita harus melayani satu orang, satu orang. Cuma beli satu atau dua,” ungkap Dwi.
“Kita kan bukan warung ya. Kalau warung lebih enak sebenarnya, cuma Pertamina tidak bisa menjangkau kalau warung. Kan warung banyak di gang-gang kecil,” imbuh dia.
Sebelumnya, pemerintah melarang pengecer untuk menjual elpiji kepada masyarakat. Kebijakan itu berlaku mulai 1 Februari 2025.
Dengan kebijakan ini, warga tidak lagi bisa membeli gas elpiji 3 Kg yang biasa dilakukan melalui pengecer.
Akibatnya, gas elpiji 3 Kg sulit didapatkan dan membuat warga harus antre untuk memperoleh elpiji di pangkalan.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
