Bencana Alam di Bondowoso Meningkat di 5 Tahun Terakhir, Kecamatan Binakal Jadi Atensi

Bencana Alam di Bondowoso Meningkat di 5 Tahun Terakhir, Kecamatan Binakal Jadi Atensi

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Angka bencana alam di Bondowoso mengalami peningkatan signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Data diterima BPBD, angka bencana alam mulai tahun 2020 hingga 2024 yakni secara berurutan  adalah 57 bencana, 117 bencana, 148 bencana, 173 bencana, dan 200 bencana.

Bencana alam yang terjadi yakni angin kencang/puting beliung, banjir, longsor, kekeringan, Karhutla, Erupsi gunung api, dan bencana non alam.

Tertinggi bencana alam pada tahun 2024 yakni angin kencang/angin puting beliung teradi 111 bencana, Karhutla 31 bencana, banjir 19 bencana, dan tanah longsor 12 bencana.

Tingginya angka bencana ini juga mendapat atensi dari BPBD Provinsi Jawa Timur, khususnya tanah longsor.

Bahkan, pada 26 Januari 2025 ini ada surat edaran peringatan dini cuaca di daerah rawan longsor dari BPBD Provinsi Jawa Timur.

Di Bondowoso, ada satu wilayah yang tercatat masuk dalam pemetaan rawan longsor skala menengah dari PVMBG, Badan Geologi. Yakni Kecamatan Binakal.

Sementara itu catatan di BPBD, selama kurun waktu 2024 dari total 11 bencana alam yang terjadi di Kecamatan Binakal. Dua di antaranya merupakan bencana alam tanah longsor.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bondowoso Yuliono Triandana, mengatakan Kecamatan Binakal memang menjadi salah satu wilayah yang masuk rawan longsor, bersama beberapa wilayah lainnya.

Karena, kawasan tersebut memiliki kemiringan yang cukup tinggi.

“Binakal sering setiap tahun, terjadi longsor disana,” ujarnya dikonfirmasi TribunJatimTimur.com pada Kamis (30/1/2025).

Ia menjelaskan, dengan adanya atensi dari BPBD Provinsi Jatim pihaknya kian sigap melakukan mitigasi bencana longsor di Kecamatan Binakal. Yakni, dengan sosialisasi dan koordinasi yang kian masif di wilayah itu.

“Bencana sendiri bisa terjadi kapan saja,” ujarnya.

Di lain sisi, pihaknya berencana akan memasang Early Warning System (EWS) di Kecamatan Binakal dan daerah rawan longsor lainnya sebagai rencana jangka panjangnya.

Namun begitu, pemasangan sendiri masih akan dilakukan secara bertahap dengan melihat kemampuan anggaran.

“EWS kan nanti bisa mempermudah membaca gerakan-gerakan tanah. Ini membantu kita pemantauan,” terangnya.

Ahmad Muslim, warga Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, mengatakan, bahwa di wilayahnya sering terjadi longsor dan bahkan banjir.

Karena memang tekstur tanah di wilayahnya itu berbukit-bukit.

“Karena memang teksturnya tanahnya bertebing. Tinggi,” ujar pria yang besar dan kecil di Desa Gadingsari itu.

Selama ini, kata Ahmad Muslim, warga telah aktif menyuarakan usulannya melalui Musrenbang Desa agar dibangun plengsengan.

“Kemarin yang pernah terjadi longsor itu dibangun. Alhamdulillah sudah tidak lagi,” pungkasnya.